Angkasa Bagaskara

25 7 0
                                    

Happy Reading 🔥

Angkasa bilang, jika ingin diperhatikan oleh Bumi Athair, ia harus mendapatkan nilai jelek. Cara itu bisa membuat sang ayah memperhatikan dan mengajarkan dirinya untuk mendapatkan nilai bagus.

Namun, kenyataannya, bukan mendapatkan ajaran dari sang ayah, lelaki itu malah mendapatkan hajaran yang membuat sekujur tubuhnya sakit.

"Kita tukeran nilai lagi, ya. Hari ini gue nggak ngapalin." Semesta menoleh memandang Angkasa—temannya yang tengah memainkan game tanpa melihat ke arahnya.

"Kayaknya nggak lagi, deh, Asa." Angkasa menghentikan permainan di ponselnya. Lelaki itu langsung menoleh cepat ke arah Semesta.

"Kenapa?" tanyanya dengan nada tak suka.

"Ayah nggak perhatian sama gue," ujarnya pelan.

"Gue malah dikasarin sama ayah gue. Bukannya kata lo cara ini bakalan berhasil?" lanjutnya lagi.

"Ya itu bokap lo aja yang kasar. Bokap gue aja langsung perhatian sama gue," jawabnya.

"Kenapa lo nggak ngapalin aja, Asa? Biar nilai lo bagus," usul Semesta.

"Gue nggak sepinter kayak lo," ketusnya.

"Bukan gitu. Tapi—"

"Halah. Bilang aja kalau gue bodoh," potongnya cepat.

Semesta menggelengkan kepalanya. "Nggak. Gue nggak bilang kayak gitu. Gue cuma mau bilang, apa nggak sebaiknya lo berusaha lagi. Gue bakalan bantu ajarin lo, kok," ralatnya dengan panik.

"Jadi mentang-mentang lo pinter, lo berani suruh gue ini itu, iya?" hardiknya.

"Bukan gitu, Asa. Gue cuma pengen yang terbaik buat lo. Coba sekarang mulai berusaha belajar lagi jangan main game terus," nasihatnya.

"Lo nyuruh gue berhenti main game? Gue bahkan sama sekali nggak pernah ngelarang lo buat berhenti baca komik," ujarnya dengan kesal.

"Tapi—"

"Udahlah lo ngomong aja yang jujur kalau lo nggak mau bantu temen lo sendiri lagi, begitu?" Semesta menggelengkan kepalanya.

"Gue nggak nyangka lo sejahat itu sama gue. Kurang apa gue. Masih mending gue mau temenan sama lo disaat orang benci sama lo!" hardiknya.

"Bukannya terima kasih sama gue. Lo malah begini. Pantesan semua orang nggak suka lo. Temen jahat!" serunya. Lalu, mengambil kasar tasnya. Pindah ke belakang sendirian. Lelaki itu menyumpal telinganya dengan headset.

****

Semesta menghela napasnya. Lelaki itu mengaduk makanannya tanpa minat. Hari ini Ann ada kerja kelompok bareng temannya. Biasanya kalau tidak ada Ann, Semesta akan ke kantin bersama Angkasa. Namun, sepertinya lelaki itu enggan berbicara dengannya lagi.

Benar kata Angkasa. Ia hanya seorang lelaki kesepian. Tidak ada satu orang pun yang ingin berteman dengannya. Hanya Angkasa dan Ann.

"Gue harus minta maaf sama Asa. Gue nggak mau kehilangan sahabat satu-satunya," gumam Semesta.

Lelaki itu menoleh ke arah seseorang yang tengah bercanda ria dengan teman sekelasnya siapa lagi kalau bukan Angkasa.

Semesta memberanikan diri untuk mendekat ke arah Angkasa dan teman sekelasnya.

"Mau ngapain anak tak tahu diri ini ada di sini?" Seseorang berbicara sinis pada Semesta.

"Jangan gitu. Abaikan aja, Arsen," lerai Angkasa. Lelaki itu tidak menoleh sama sekali ke arah Semesta.

SEMESTA ATHAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang