Dua Belas

1.7K 208 48
                                    

Dua Belas
~Maaf~

Meski benci mengakuinya, Kageyama Tobio paham bahwa dirinya adalah seseorang manusia yang memiliki banyak kekurangan di antara kelebihannya. Selain memiliki wajah yang rupawan dan berbakat di dunia voli, Kageyama tahu bahwa ia memiliki ribuan kekurangan lainnya.

Kageyama tidak pandai dalam pelajaran akademik. Ya, selain karena ia tidak terlalu suka belajar dan membaca, ia merasa tidak penasaran dengan apa yang ada di bumi beserta isinya—kecuali jika berkaitan dengan voli.

Kageyama tidak pandai dalam bersosialisasi. Itu benar. Rasanya, ia sangat mudah gugup dan merasa kikuk jika dihadapi oleh hal-hal baru yang berkaitan dengan interaksi antar individu. Ia juga tidak tahu bagaimana memahami orang lain, baik dari segi rasional maupun perasaan.

Namun yang paling Kageyama benci dari segala kekurangannya adalah benci...

Ia tidak memahami apapun soal perasaan dan emosi.

Baik dirinya sendiri, maupun orang lain.

Baginya, kekurangannya yang satu ini membuatnya merasa takut kepada dirinya sendiri. Aneh—bagaimana bisa ia terlahir tanpa validasi sebuah perasaan? Apa ia benar-benar seorang 'manusia'? Selain tidak ekspresif, ia tidak mengerti mengapa ia sulit merasa bersalah maupun merasakan cinta.

Esensi dari sebuah perasaan dan emosi adalah sesuatu yang abstrak, bagi Kageyama Tobio. Tak bisa disentuh, tak bisa diraih, tak bisa dirasakan—rasanya hampa dan tidak menyenangkan, tidak seperti di saat ia sedang bermain voli. Di saat ia berada di lapangan semuanya terasa hangat, ringan, dan menyenangkan.

Cinta, apalagi.

Mengapa banyak orang dengan mudahnya mengatakan hal itu kepadanya?

Ia sukar memahaminya—mengapa kata-kata penuh arti itu dituangkan kepada orang sepertinya? Jika cinta adalah sesuatu yang sakral, hangat, dan menyenangkan... bukankah seharusnya ia tak menerima semua itu? Kageyama tak ingin menerimanya, karena dirinya sendiri tak tahu apa artinya.

Ia tak ingin menerima cinta dari siapapun, karena ia tak ingin memberikan cintanya kepada siapapun.

Ah, tetapi perasaan apa ini?

Kini Kageyama sedang berjalan menuju halte bus. Latihan sore hari ini selesai lebih cepat dari biasanya. Ketidakhadiran Hinata Shoyo membuat semangat tim agak goyah, karena itu pelatih Ukai hanya bisa mendenguskan napas kasar sembari menyudahi latihan.

Kageyama pun, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, berjalan seorang diri di atas trotoar. Rasanya agak janggal merasakan kesendirian yang mencengkam seperti ini. Tanpa ada seruan bahana disertai senyuman gamblang dari si oranye di sampingnya...

Dan, ya, Kageyama Tobio mulai mempertanyakan apa yang dirasakan di kalbunya.

"Aneh..." Kageyama bergumam, mencengkram fabrik pakaiannya. Dadanya terasa sakit, padahal ia tahu tubuhnya baik-baik saja. Dirinya tak bisa tenang dan selalu bertanya-tanya di dalam hati bagaimana kabar Hinata—hampir di setiap detiknya.

Bukan hanya pikirannya saja. Kageyama membuka telapak tangannya, memandang permukaan tangan kanannya yang sejak sedari tadi tak berhenti bergetar. Alisnya mengkerut, bibirnya mengkerucut, dan bulir keringat jatuh di pelipisnya.

Are You Ready?!《KageHina Fanfiction》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang