Tiga Belas

1.7K 156 46
                                    

Tiga Belas
~Memikirkan Dirimu~

Hinata Shoyo tidak pernah menyesal dengan apapun yang diucapkannya, karena ia adalah tipikel pemuda yang apa adanya. Baginya menyampaikan apapun kepada orang lain menjadi bentuk pernyataan agar dirinya dan orang itu memiliki komunikasi yang baik—agar ia menjadi tenang, dan orang itu dapat mengerti apa yang disampaikannya.

Satu-satunya yang membuatnya menyesal adalah memanggil Kageyama 'monster'. Baginya, apa yang diucapkannya itu sungguh keterlaluan. Hinata tidak paham mengapa hatinya dapat bergemuruh begitu hebat melihat Kageyama berbuat sekeji itu. Padahal, meski Tsukishima Kei melakukan memiliki lidah yang asin sekalipun—Hinata tak pernah benar-benar sakit hati.

Dan yah... jika dikatakan, Hinata juga tak pernah menyesal ia telah meminta maaf kepada Kegayama. Juga, bagian dimana ia mengatakan ia tidak akan jatuh cinta kepada si setter raven Karasuno. Ya—Hinata tahu, ia memang tidak bisa menyukai pemuda seperti Kageyama karena sifatnya yang begitu jahat dalam menolak wanita.

Hinata tahu itu...

—tetapi mengapa semuanya menjadi sangat rumit setelahnya?

Di saat latihan pagi tadi, misalnya. Sudah tiga hari setelah Hinata dinyatakan sembuh, ia kembali aktif bergabung dalam latihan klub. Hinata merasa hatinya begitu senang ketika ia bisa kembali meneteskan keringat untuk bermain voli.

Hinata bermain dalam satu tim dengan Kageyama. Kageyama bersiaplah untuk bergerak. Pada saat menunggu bola untuk dikirimkan, pemilik nomor punggung #9 itu menumpukan beban di kaki kanan, melangkah dengan kaki kiri searah dengan pergerakan bola. Kedua tangannya terangkat tepat di saat bola mengarah padanya—memberikan sebuah umpan kepada Hinata yang sudah melompat; bersiap untuk memberikan toss.

DUUK!

"Yay!" Hinata tersenyum antusias melihat lemparannya melewati penjagaan Tsukishima. Ketika kakinya mendarat, telapak tangannya refleks mengarah pada si setter di dekatnya. "Nice toss, Kageyama!"

Senyumnya menjadi kaku melihat kedua manik obsidian itu menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan—terlihat sayu dan penuh awan kelabu. Sebelum akhirnya, pemuda itu menepuk tangannya singkat. "Ya, aku akan mengumpan kepadamu lagi."

Hinata menurunkan tangannya, menahan senyum kikuk di wajahnya ketika Kageyama melewatinya. Yah... sejak hari ia berbicara seperti itu, jujur saja suasana di antara mereka menjadi tidak enak. Tidak—mereka tidak bertengkar. Namun, entah mengapa semuanya menjadi berbubah. Kageyama... terasa jauh lebih dingin dari sebelumnya.

Hinata menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

Nggak! Nggak ada yang salah dari ini! Semua ini normal!

▪🏐▪

Meski berusaha mengelaknya, Hinata tahu ada yang mengganjal di hatinya. Ada lubang di hatinya yang mengusik dirinya. Aneh sekali, bukan? Padahal Hinata yakin ia tak pernah menyesali setiap kata yang sudah disampaikan pada Kageyama.

Hari ini latihan sore berjalan dengan lancar. Hinata bersyukur pikirannya itu sama sekali tak mengganggu performa dirinya, karena jika iya ia akan merasa bersalah dengan seluruh anggota timnya.

Helaan napas tipis lolos dari mulut Hinata. Di tangannya terdapat beberapa bola yang sudah dimasukkan ke dalam karung jaring. Kakinya melangkah lunglai menuju gudang penyimpanan. Di saat melangkah, ia mendapati Yachi yang menerjap bingung ke arahnya.

"Hinata-kun nggak papa? Kau terlihat lesu," si pirang itu menyatukan alis. "Apa kau sakit?"

"Ah!" Hinata terbuyar dari lamunannya, buru-buru menggelengkan kepalanya. Mengibaskan sebelah tangannya. "Nggak kok, Yachi! Aku nggak papa, hehehe~ Cuma mikirin tugas kelas aja."

Are You Ready?!《KageHina Fanfiction》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang