Sembilan

3.3K 399 238
                                    

Sembilan

~Yang Tidak Diketahui~

"HAH?!" Kageyama membuka matanya lebar-lebar ketika merasakan makhluk kecil itu memeluk kakinya dengan erat. Mata oranye itu menatapnya lurus, menggoyang-goyangkan kakinya.

"Paa! Puyaaang!"

"Paa! Puyaaang!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"..." Kageyama membeku di tempatnya. Rambutnya, warna rambutnya, wajahnya—semua dari anak ini mirip Hinata versi kecil. Kageyama langsung menoleh ke arah Hinata di sampingnya, menunjuk ke arah anak kecil yang tengah memeluk kakinya. "Dia kerabatmu?"

"Hah? B-bukan," buru-buru Hinata menggeleng, mengibaskan tangannya pula. 

Kageyama mendesis malas. Ia tidak mengenal anak ini, tidak bahkan sedikit pun. Si raven pun menggerak-gerakkan kakinya ke atas dan ke bawah, mencoba untuk melepaskan si bocah yang memeluk kakinya. "Aku tidak mengenalmu, lepaskan aku."

"K—kageyama, jangan terlalu kasar!" Naluri Hinata pun langsung meraih tubuh mungil itu ke dalam gendongannya, memeluknya erat. "Dia masih kecil, tahu!"

"..." Kageyama memucat wajahnya, merasa tidak bisa membalas hardikan Hinata. Si oranye pun menepuk-nepuk punggung si bocah yang ada di dalam gendongannya.

"Uh, unnn..." Mata berkaca-kaca itu memandang mata oranye Hinata yang tengah menggendongnya. Mata temaram itu berubah menjadi cerah, lalu tangan-tangan mungilnya memeluk Hinata dengan erat, "Maaa!"

"HAHHH?!" Kini giliran Hinata yang syok. Dia?! Dipanggil 'ibu'?! Dari sisi mana dia tidak terlihat sebagai pria yang tampan dan berani?! Hinata pun menggeleng cepat, "K—kau salah, aku bukan mamamu!"

"... bucan?" Bibir itu mengerucut, kepalanya miring ke samping.

"Bukaaan!" tegas Hinata.

"Paa?" Si bocah kembali menoleh ke arah Kageyama, seolah meminta pembelaan bahwa orang yang sedang dipeluknya ini merupakan sosok induknya. Mamanya.

"Aku... juga bukan papamu," balas Kageyama, menghela napas pelan.

"..." Mata bulat itu terlihat sangat shock. Matanya lalu berkaca-kaca. Dan di detik selanjutnya, air matanya jatuh begitu derasnya, "HUWAAAAAAA! HUWAAAA!"

"A—ahhh!" Hinata panik begitu si bocah dalam gendongannya itu menangis dengan hebohnya. "K-kageyama, lakukan sesuatu! Dia anakmu!"

"Dia bukan anakku, boke.💢"

"Tetapi dia yang datang kepadamu terlebih dahulu dan memanggil 'Pa'!"

"Ya, dan dia menganggapmu sebagai 'Ma'!"

"HUWAAAAAA!" Tangisan itu semakin kencang, heboh sekali. Kageyama dan Hinata sama-sama paniknya, menganga tidak mengerti langkah apa yang harus mereka lakukan.

Are You Ready?!《KageHina Fanfiction》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang