jisu memilih turun dari mobil memeriksa jaeyun yang tengah memperbaiki ban mobilnya.
“udah?”
“udah baru aja kelar” jawab jaeyun.
“jaeyun kok lo bisa banget sih santai gini” tanya jisu heran.
“gue ga sesantai itu kok” sanggah jaeyun.
“oh iya gue tukeran sama bang donggeon sekarang gue yang bawa mobil” kata jisu kemudian mulai membuka pintu mobil diikuti dengan jaeyun.
setelah keduanya sudah masuk jisu langsung mengunci mobil sebelum jaeyun menyadarinya.
dan benar saja hanya dalam beberapa detik jaeyun sadar tidak ada ke-empat temannya yang lain. namun jisu malah mulai menjalankan mobilnya.
“loh yang lain kemana?” tanya jaeyun bingung.
jisu masih menatap lurus ke jalanan padahal jaeyun sudah ribut menanyakan ke-empatnya.
lalu jaeyun teralihkan pada pintu mobil yang masih terkunci.
“cepet sekarang buka kuncinya!” perintah jaeyun namun jisu menanggapinya santai.
“kita masih jalan lee jaeyun” balas jisu.
“buka sekarang perintah gue jisu!” seru jaeyun lagi, kali ini kalimatnya lebih ditekankan.
“gue engga tau apa yang lo lakuin sama mobil lo, tapi bukannya meriksa ban mobil seharusnya ga selama itu?”
jisu terus menjalankan mobil membawanya memasuki hutan sedangkan jaeyun masih ribut ingin membuka mobil.
sampai jisu tidak menemui akhir, seharusnya bisa saja jisu berhenti tapi tidak bisa, ada yang salah dengan mobilnya dan ini dapat dipastikan adalah ulah jaeyun sendiri.
“remnya blong” ujar jisu masih menyetir mobil.
“makanya gue bilang buka kuncinya!” seru jaeyun menumpahkan amarahnya.
“kenapa lo lakuin ini?” tanya jisu.
“lo ga pantes nanyain itu” balas jaeyun, jisu tidak mengerti.
tiba-tiba ponsel jisu berdering, tertera nama minsu pada layar ponselnya.
“jisu..?” kata minsu dari panggilan itu, terdengar suaranya tidak stabil.
“hmm” sahut jisu.
“jisu lo ga seharusnya..” minsu terhenti tidak melanjutkan kalimatnya.
“gue gapapa kok” balas jisu, samar-samar jisu mendengar isakan dari telepon itu.
“ada yang mau diomongin sama jaeyun?” tanya jisu, jaeyun hanya membuang wajahnya ke jendela.
“g-gue mewakili semuanya minta maaf, jaeyun” itu suara chan.
“lo ga salah” lanjut chan sedikit membuat jaeyun terkejut mendengarnya.
“fuck lee jaeyun” umpat jeyou dengan kencang.
jaeyun sendiri tidak mengeluarkan respon apapun.
“lo semua masih mau nerima jaeyun 'kan?” tanya jisu tiba-tiba.
“gue yakin dari awal masalah ini bisa diselesain dengan baik tanpa harus ada yang terluka” kali ini donggeon yang bersuara.
“hahahah” jaeyun tertawa mendengar perkataan donggeon.
“lo sebenernya ga ngerti apa permasalahanya kenapa gue bisa dendam sama lo semua” kata jaeyun.
“lee jaeyun sini lo!” seru jeyou mengamuk. andai saja jaeyun ada dihadapannya pasti dia sudah habis dengan jeyou.
jisu membuka kunci pada mobil jaeyun, lalu tangannya yang panjang meraih pintu mobil dan membukanya dengan cepat, jaeyun yang sedari tadi tidak memakai sabuk pengamanannya langsung didorong keluar oleh jisu.
“gimanapun juga lo harus bawa kyungho balik!” teriak jisu dari dalam mobil dengan cepat.
kemudian jisu memutuskan sambungan telepon dengan minsu, sekaligus mematikan ponselnya.
setelah jisu memutuskan sambungan telepon lalu menonaktifkan ponselnya suasana menjadi hening sampai jeyou menjadi ribut lagi.
“jelasin sama gue jisu gimana?!” kata jeyou pada minsu.
“jelasin sama gue kim minsu, nasib jisu temen gue gimana?!!” tanya jeyou kali ini sampai menarik kerah minsu, namun yang ditanya masih saja diam tidak bergeming.
si tertua chihoon yang sedari tadi hanya menonton akhirnya turun tangan memisahkan jeyou.
“gue juga ga tau jeyou, gue cuma tau jaeyun ada dimana jadi lo mending tanya jaeyun” kata minsu yang langsung terjatuh lemas lalu menangis.
jerome mendekati minsu lalu memeluk dan menepuk punggung minsu pelan.
keadaan terasa lebih kacau setelah jeyou ribut, woonggi sendiri tidak tahu harus merespon bagaimana. woonggi takut, ia juga ingin marah tapi dilain sisi ia juga sedih. tidak pernah ia bayangkan pertemanannya yang indah dapat sehancur ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
true mafia | TO1 ✔
Fanfictiondua mafia, satu dokter, satu polisi dan satu pembunuh yang sebenarnya. ©2O21, purpelink.