Setelah 3 jam lamanya, bus yang mereka tumpangi pun akhirnya sampai juga di hutan Sibgu, tepatnya di tepi jalan yang menghubungkan langsung kedalam hutan. Para siswa menuruni bus satu persatu termasuk Jungkook dan Lisa.
Semuanya berkumpul menjadi satu, mulai dari kelas 12 A sampai dengan 12 C, satu kelas diisi oleh 30 siswa, maka jika 30 siswa dikalikan dengan 3 maka akan menjadi 90 siswa yang tengah berkumpul.
Siswa - siswi itu berkumpul sesuai circle-nya dalam artian kelompok pertemanan masing - masing. Semuanya memiliki circle, tak ada yang sendiri, tak ada pembully dan yang terbully di sini. Semuanya memiliki solidaritas tinggi, tak memandang kaya atau pun miskin.
Begitu pun dengan Lisa, ia sudah berkumpul dengan circle-nya sendiri yang beranggotakan; Jin, Namjoon, Yoongi, Hoseok, Jimin, Taehyung Jungkook, Jisoo, Jennie dan juga Rose.
"Semuanya berkumpul, kita akan segera memasuki hutan, jangan sampai ada yang berpisah. Ingat!" Suara pemandu itu menggelegar keras, menginstruksi para siswa siswi untuk menaati perintahnya.
"Dan ingat pesan ini, jangan pernah ada yang menulis angka sembilan belas di hutan ini. Dari mitos yang beredar, hutan ini akan melenyapkan siapa saja yang berani menulis angka itu ditanah hutan Sibgu."
"Baik pak" Jawaban para siswa - siswa itu membuat guru dan pemandu mengangguk, lalu mulai berjalan memasuki hutan yang diikuti oleh para siswa.
"Aku ingin bertanya. Apakah kalian merasakannya juga? tempat ini terlihat sangat seram, dan juga membuatku merinding ketakutan" ujar Jisoo ditengah perjalanan, ia merasa tak nyaman setelah memasuki area hutan ini, seperti... sesuatu akan terjadi di dalam sana.
"Ya, aku juga merasakannya. Badanku terasa menggigil disini, padahal hari masih siang" Jawab Hoseok merespon Jisoo, ia merasakan hal yang sama, entah apa itu, yang jelas perasaanya kini menjadi tak tenang.
Kawan - kawannya yang sedari tadi mendengar percakapan antar Jisoo dan Hoseok itu turut merinding, mengusap jaketnya masing - masing karena udara terasa lebih dingin setelah melewati satu area yang terlihat kurang penerangan, gelap.
Sedangkan salah satu dari mereka ada yang sedang mengumpat dalam hati, matanya menelisik mencari sesuatu yang jauh terletak disana.
*
Sampailah mereka di tengah hutan yang tak terlalu rimbun sehingga bisa untuk ditempati. Para pemandu serta para guru mempersiapkan alat - alat seperti tenda, tikar, serta peralatan lainnya. Sedangkan para siswa turut membantu memasang tenda-nya masing - masing. Di setiap tenda diisi 4 -7 orang siswa, lelaki dan perempuan dipisah dalam artian beda tenda, walaupun begitu, tak ditentukan tiap anggota kelompoknya sehingga para siswa bebas memilih kelompoknya sendiri.
"Pasang tendanya dengan benar, jangan sampai roboh. Setelah ini, saya beri waktu kepada kalian untuk bebas melakukan apapun, entah tidur ataupun berkeliling di sekitar hutan." Pinta pak Egar selaku kepala sekolah kepada para siswa - siswinya.
Mereka yang mendengar itu pun senang tentunya, berkeliling di sekitar hutan yang pemandangan alamnya tak diragukan lagi ini adalah hal langka bagi mereka.
"Tapi ingat, jangan sampai terlalu jauh berkelilingnya, area yang bisa kalian kunjungi sudah di batasi dengan pita merah. Jadi, jangan sampai ada yang melebihi batas itu. Paham semuanya?!" Jelas pak Egar lagi, memberi arahan kepada seluruh anak didiknya itu.
"Paham pak" sorak para siswa merespon pak Egar termasuk Jungkook dan kawan - kawan kecuali Yoongi dan Lisa yang sedari sibuk menata tendanya.
Jungkook, orang yang selalu memerhatikan Lisa setiap saat itu pun melangkah kearah Lisa berniat menawarkan bantuan kepada gadis itu yang terlihat kesusahan untuk menyimpulka tali tenda.
"Butuh bantuan?" tanya Jungkook setelah berada dihadapan sang gadis, Lisa.
Lisa mendongak, menatap Jungkook yang jauh lebih tinggi dari dirinya.
"Ya, simpul tali ini susah sekali untuk diikat" Ujar gadis itu menunjuk tali dalam genggamannya.
"Coba kulihat" Jungkook merampas tali dari genggaman Lisa, menyimpulkan tali itu dengan mudahnya sekaligus mengikatkan pada tenda milik kelompok Lisa.
"Selesai, itu mudah sekali" Ujar Jungkook enteng dengan bangganya.
"Ya, kau memang hebat. Terimakasih" Puji Lisa kepada Jungkook. Lisa memang suka mengakui kehebatan orang lain.
"Sama - sama" Ujar Jungkook yang berusaha untuk menormalkan detak jantungnya yang berdegup kencang.
"Hey kalian!" Panggilan itu berasal dari Jimin serta kawan - kawan yang sedang melangkah menuju kearah tenda Lisa.
"Kalian sudah selesai memasang tendanya?" tanya Jimin setelah sampai dihadapan Lisa dan teman perempuannya yang lain.
"Sudah, kita sudah selesai" Jawab Jennie mendekatkan dirinya dengan Lisa.
"Baguslah. Kalau begitu, mari berkeliling di hutan ini." Ajak Jimin kepada kawan - kawannya.
Mereka mengangguk girang menerima ajakan Jimin.
"Sebentar, aku akan membawa senter dan cutter untuk berjaga - jaga. Walaupun siang, tetapi hutan ini minim pencahayaan" Ujar Namjoon lalu berlari kearah tendanya untuk mengambil keperluan yang tadi ia sebut.
"Sudah?" tanya Jin setelah Namjoon kembali dan sudah membawa peralatan.
"Sudah, ayo!"
Mereka mulai melangkah menjauh dari tenda, berjalan mengikuti pita merah yang sudah terpasang di setiap ranting pohon.
"Tak salah jika guru kita memilih hutan ini untuk berkemah, pemandangan disini sangat indah" Ujar Taehyung yang terpukau melihat pemandangan pohon - pohon besar yang tertata rapi serta bunga - bunga indah yang tumbuh disetiap rumputnya.
"Benar sekali, disini sangat menyejukkan" Tuai Jin menambahi.
Brukk
Perjalanan terhenti ketika Yoongi tak sengaja ditabrak oleh seseorang dari belakangnya.
"Maafkan kakek nak" Ujar seseorang tadi yang menabrak Yoongi, dia seorang kakek - kakek yang entah datang darimana.
"Ah iya kek, tak apa" Ujar Yoongi ramah.
"Kau baik sekali. Kalian pasti sedang melakukan perkemahan disekitar sini ya?" tanya kakek itu membuat Kawan - kawan Lisa mengangguk ramah.
"Iya kek"
"Kalau begitu, kakek titip pesan ya..." Kakek itu merubah raut wajahnya, dari yang tadinya ramah menjadi garang. Entah apa penyebabnya.
"Jangan pernah menulis angka sembilan belas disini! Jikalau kalian melanggar, kalian akan menanggung akibatnya"
Setelah mengatan itu, raut wajah kakek berubah menjadi ramah kembali lalu pergi begitu saja meninggalkan kawan - kawan Lisa yang masih dibuat penasaran.
"Halah, itu hanyalah mitos belaka. Zaman canggih seperti ini sudah tidak ada mitos yang harus dipercaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
NUMBER 19
HorrorKetidak percayaan kawan-kawan Lisa terhadap larangan di hutan Sibgu membuat mereka harus merasakan akibatnya. Mereka melanggar pantangan yang seharusnya tak boleh dilakukan saat di hutan Sibgu, yaitu menulis angka 19. "Jangan pernah menulis angka 19...