N.19 : 07

489 77 10
                                    

Menyusuri asrama ini dengan perasaan gelisah, mereka belum juga menemukan petunjuk jalan keluar dari tempat ini.

Sudah 2 jam lamanya mereka berkeliling, memasuki satu persatu ruangan, namun hasilnya nihil. Mereka tak menemukan apa pun.

Kamar dengan palang nomor 20 itu dibuka, mereka masuk kedalamnya. Ranjang dengan kasur yang sudah koyak mereka temui, banyak sekali. Satu persatu anggota mulai mencari, mencari sesuatu untuk mereka keluar, kunci.

"Hey, aku menemukan kunci"

Seruan itu terdengar dari mulut Yoongi. Senyuman terpancar diraut wajah mereka, antara senang dan letih menjadi satu.

Akhirnya, mereka menemukan kunci itu setelah sekian lama mencari. Usahanya tak sia-sia.

"Aku juga menemukan sebuah buku yang telah usang"

Semua mata memandang kearah buku yang dipegang oleh Jungkook. Disana, terdapat buku yang telah usang dengan warna yang telah memudar.

"Coba bacakan isinya"

Jungkook mengangguk, lalu membaca isi dalam buku usang tersebut.

'Saat aku terbangun, beberapa orang dan polisi telah berada dihadapanku, memandangku dengan tatapan sengit, serta mengintimidasi. Aku mulai tersadar bahwa ada pisau dengan darah yang bercecer berada tepat ditangan kananku. Polisi mengatakan aku telah membunuh 19 siswa di asrama ini. Lalu, apa ini semua salahku?'

Catatan nomor 5. Tahun 2015.

Keterkejutan menyertai mereka setelah mendengar apa yang dibacakan oleh Jungkook. Mereka menyimpulkan bahwa kutukan ini berasal dari dendam yang tak terbalas.

"19 siswa? apakah itu penyebab angka 19 menjadi angka terkutuk?"

"Ya, sudah jelas tertera disana"

"Tuduhan? lalu siapa pelaku aslinya?"

"Aku tidak tahu, yang jelas kita akan keluar dari sini melalui petunjuk-petunjuk itu"

"Ya, kau benar. Simpan kunci dan buku tadi, itu salah satu petunjuk dan alatnya"

-

Satu persatu ruangan yang mereka masuki sama sekali tak memberikan petunjuk apapun. Lelah mulai terasa oleh mereka.

"Bagaimana ini? aku lelah" Ujar Rose sembari menopang tangan menggunakan lututnya.

"Bahkan ini belum apa-apa untuk bisa keluar dari sini. Tapi, ayo kita istirahat dulu."

Mereka mengangguk, lalu kembali berjalan untuk mencari tempat yang sekiranya bisa mereka tempati untuk beristirahat.

Ruangan dengan tulisan nomor 402 itu menarik perhatian mereka untuk memasukinya.

Dengan yakin mereka memasuki ruangan itu, tak jauh berbeda dengan ruangan sebelumnya, diruangan ini sama saja terdapat kasur tingkat didalamnya, bedanya jika ruangan sebelumnya terdapat 2 kasur tingkat saja, namun diruangan ini terdapat lebih dari itu, yakni 4 kasur tingkat.

"Nah, ini akan cukup untuk kita istirahat"

Mereka mengangguk senang, membaringkan badan masing-masing dikasur itu dengan nyaman.

"Kau bisa tidur disebelahku" Lisa mengangguk menyetujui ucapan Jungkook. Dirinya berbaring disebelah Jungkook yang telah berbaring terlebih dahulu.

Matanya memancarkan rasa letih, Jungkook tahu itu. Dengan jantung yang berdebar, tangannya ia ulurkan untuk mendekap tubuh gadis disampingnya ini.

"Apa-apaan kau ini! bagaimana jika yang lain melihat kita!"

Jungkook mendesis, mendekap Lisa dengan erat tanpa memperdulikan mata Lisa yang berubah menjadi sinis.

"Diam dan tidurlah, mereka tak akan melihat kita. Ruangan ini memiliki pencahayaan redup, tenang saja."

Hati Lisa mulai tenang setelah Jungkook mengatakan hal itu, dengan kepercayaan yang telah ada, Lisa tertidur dalam dekapan Jungkook.

NUMBER 19Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang