N.19 : 06

485 73 5
                                    

Suara gedoran pintu yang berbunyi sangat keras membuat mereka semua yang tengah terlelap itu terbangun dengan spontan.

Rasa kantuk kini telah terganti dengan rasa takut, keringat dingin mulai bercucuran dimana-mana.

Makhluk tadikah yang ada diluar sana?

Mereka mulai merapalkan doa, memohon agar makhluk itu tidak bisa masuk melewati pintu yang terbuat dari besi itu.

Tak lama setelahnya, gedoran sudah tidak terdengar lagi. Yang artinya makhluk itu mungkin sudah pergi.

"Makhluk itu tahu keberadaan kita?" Jisoo bertanya demikian, bingung memenuhi otaknya.

"Dia akan datang jika mencium bau darah orang lain."

Namjoon membolakan matanya, ia memang tak sengaja tergores cutternya tadi, yang menyebabkan jarinya terluka.

"Maafkan aku, mungkin karena darah yang keluar dari jariku ini mengundang makhluk tadi."

Semuanya menatap jari Namjoon, hanya ada goresan kecil disana. Bahkan sangat kecil hingga hampir tak terlihat. Dan darahnya pun mulai mengering.

"Makhluk itu memiliki penciuman yang tajam"

Benar ucapan Yoongi, makhluk itu memang memiliki penciuman yang tajam. Bahkan sangat tajam sampai-sampai darah setetes pun bisa ia ketahui.

"Kapan kau tergores cutter?"

"Saat hendak mengeluarkan senter, kebetulan cutterku keluar dari wadahnya. Untung saja bajuku tidak robek tadi."

Semuanya mengangguk mengerti. Tidak menyalahkan Namjoon sedikitpun disini, karena Namjoon memang tidak sengaja.

"Tapi waktu pertama kali kita dikejar oleh makluk tadi, kita tidak ada yang terluka." Jennie mencoba menebak. Jika makhluk tadi akan terpancing oleh bau darah saja, seharusnya mereka tidak dikejar seperti beberapa waktu lalu.

"Kau benar. Tapi makhluk itu memang senang berkeliaran digedung ini. Karena disinilah tempat tinggalnya."

Semua mata memandang kearah Jimin, merasa heran karena sepertinya memang lelaki tahu akan hal yang ada disini.

"Kau... tahu dari mana?."

"Aku tidak tahu, aku hanya menebak saja. hehe." Jimin meringis karena terkena jitakan yang berasal dari Taehyung.

"Bisa-bisanya kau masih bercanda disituasi seperti ini!"

Jimin meringis sembari mengangkat jari telunjuk dan tengahnya memberi tanda untuk damai. Dan yang lainnya, memutar bola matanya malas karena melihat aksi temannya yang jahil itu.

"Tapi kau benar, Jimin."

.

Tempat yang luas namun kumuh, sayang sekali.

Kasur tingkat dimana-dimana, bercak dan noda mengotori tempat ini.

Banyak pintu ruangan yang tertutup, entah apa isi didalamnya. Aneh.

"Kita harus cepat mencari pintu keluarnya, jika tidak kita akan mati disini."

"Bertahan hidup disebuah tempat yang tak kita ketahui, ini seperti berada di sebuah permainan."

Menyetujui ucapan yang dikatakan Lisa, semua mengangguk. Sangat jarang Lisa berbicara, namun saat gadis itu mulai berbicara maka keadaan memang tak mengharuskan mereka ada disini.

.

"Tempat ini terdiri dari tiga lantai. Lantai satu terdapat sembilan belas ruangan tak berpenghuni, lantai dua terdiri dari tujuh ruangan, dan lantai tiga terdiri dari empat ruangan."

"Kita berada dilantai dua, yang artinya ada tujuh ruangan yang harus kita masuki untuk mencari kunci atau kode pintu tangga lantai satu. 7 ruangan itu adalah ruangan kamar, selebihnya... kalian akan mengetahuinya sendiri."

"Kau mengetahui lebih tentang tempat ini, sebenarnya kau ini siapa?"

"Selebihnya biar waktu yang menjawab"

"JAWAB AKU!! KAU SIAPA SEBENARNYA? KITA ADALAH TEMANMU, APA KAU TEGA MEMBUAT KAMI MATI DISINI?!"

"AKU SUDAH BERBAIK HATI UNTUK MEMBANTU KALIAN KELUAR DARI SINI !! KALIAN TAK PERLU TAHU AKU SIAPA !!"

NUMBER 19Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang