Almost.

Bagaimana seharusnya?

Aku berpikir semuanya akan baik baik saja, nyatanya tidak. Aku sudah berusaha menutupi, tapi tetap saja terlihat. Aku bingung bagaimana cara menjelaskannya kepada kakak dan teman temanku. Bagaimana cara memberitahu mereka tanpa menjatuhkan nama baikmu. Rasanya lebih sakit ketika mereka yang bertanya perihal hubungan kita. Padahal aku sudah mencoba berdamai tapi tetap saja aku masih terdiam ketika mereka bertanya tentangmu.

Aku tak tau darimana harus menjelaskannya. Aku takut mereka tak bisa menerima keadaannya sebagaimana yang telah aku lakukan. Aku takut mereka akan membencimu, padahal aku tidak. Aku hanya membenci hubungan kita yang berakhir seperti itu. Sebuah ending yang sebelumnya tak pernah terpikiran olehku akan begitu. Tapi, beginilah aku. Aku tak pernah siap oleh rasa kecewa yang akan datang. Lebih tepatnya, aku tak ingin rasa itu menghampiriku lagi.

Aku sudah perlahan melepasmu. Aku sudah menghapus beberapa foto kenangan kita. Tapi, aku belum bisa menghapus beberapa vidio tentangmu. Setiap kali aku melihat video-video itu, kenangannya seakan terputar kembali. Aku masih belum bisa baik-baik saja ketika mengingatnya. Aku memilih untuk membiarkannya. Begitu pula dengan riwayat obrolan kita.

Ternyata, bersikap seakan biasa saja lebih sulit dari yang aku bayangkan. Aku sudah pernah melalui hal yang seperti ini, tapi kali ini rasanya lebih sulit. Aku benci ketika nyatanya aku tak bisa menghindari hal seperti ini lagi. Aku benci mengalami hal ini lagi. Mau sebaik apapun perpisahannya, ini tetap terasa menyakitkan.

Aku ingin mengambil beberapa waktu untuk menghindarimu. Aku ingin meyakinkan diriku sendiri bahwa aku sudah tak bisa bersamamu. Aku perlu beberapa waktu lebih lama untuk bisa menyapamu hangat seperti sebelumnya. Sebelum perasaan itu ada. Sebelum hubungan kita pernah terjadi.

Jika bisa memutar waktu, aku ingin kembali di masa aku belum sedalam ini menaruh rasa. Atau bahkan, saat aku belum terlalu mengenalmu.

-el.

°°°

29 Mei 2021