Ternyata, luka itu masih ada. Rasa sakitnya kembali muncul tanpa bisa dihentikan. Aku tau memang akan menyakitkan pada akhirnya, tapi tetap saja aku memaksa untuk berjalan. Berdiam diri membuatku terus telarut dalam sebuah rasa yang perlahan mengikis jati diriku.
Semakin hari, semakin aku kehilangan diriku sendiri. Aku mencoba membentuk dunia baru, sebagai pelarian untuk sejenak menenangkan diri. Aku ingin sejenak melupakan segala hal yang menyakitkan. Aku ingin sejenak melarikan diri.
Berpikir bahwa semuanya akan membaik dengan sendirinya, tetapi ternyata tidak. Luka ini hanya sejenak terabaikan, belum benar-benar sembuh. Bahkan aku tak tau bagaimana cara membuatnya kering.
Jangan berjanji jika tak bisa menepatinya. Tak usah memberi harapan jika tak bisa memenuhinya.
Tolong, jangan membuat kepercayaanku terus perlahan hancur.Aku juga bisa rapuh jika terus menghadapi hal yang menyakitkan. Aku tak ingin lagi kecewa untuk hal yang seharusnya bisa dicegah.
Aku benci untuk terus bersikap seolah baik-baik saja. Aku juga benci ketika tak memiliki kesempatan untuk menunjukkan perasaan sedihku. Selalu terpaksa untuk bersikap baik-baik saja itu terlalu melelahkan.
Namun, situasinya sungguh memuakkan. Aku seperti tak memiliki waktu untuk menuang perasaan burukku. Lalu, bagaimana cara untuk menyembuhkan rasa sakit dari luka ini?
Sampai kapan aku harus terus menutupinya dengan senyuman? Sampai kapan aku harus menipu orang lain?
Ini sungguh melelahkan.
-el.
°°°
Rabu, 08 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost.
PoetryBeberapa kalimat yang tak bisa tersampaikan secara langsung. Ini tentang isi pikiranku yang tak bisa diam ketika sedang kalut. Terima kasih untuk siapapun yang membaca ini. -el