⚡Lucu⚡

332 57 33
                                    

Pulang sekolah, Winwin tak jadi membeli salak seperti yang Ia janjikan. Doyoung pun ada urusan keluarga setelah ini, Changmin? Langsung di tarik pulang oleh Juyeon.

Beruntung sekali diri nya. Pagi tadi, Winwin lupa jika ada pertemuan ekskul hari ini. Ekstrakurikuler nya memang memakai hari sekolah.

Winwin mendorong pintu kaca buram markas anggota ekskul nya, melihat sudah banyak yang datang meskipun di dominasi oleh anak kelas 10.

Salah satu nya Jeno.

Pemuda berkacamata itu tersenyum ke arah Winwin yang mengambil tempat di samping nya.

"Akhir nya datang lagi"

Jeno menoleh, ternyata kakak kelas nya berbicara dengan diri nya. Ia tertawa canggung, "Ah, iya kak"

Mereka hanya berbalas senyum sebelum Winwin menyibukkan diri dengan ponsel nya, Jeno sendiri juga sama. Namun pikiran nya sedang mencari-cari topik pembicaraan.

Aduh, Jeno tidak pandai dalam hal ini.

'Kak sudah makan?' atau 'sedang apa kak?', Jeno meruntuk. Bodoh sekali jika Ia bertanya hal itu, ya jelas-jelas dia bisa melihat jika Winwin bermain ponsel.

Malah takut nya si kakak kelas risih dengan pertanyaannya.

"Um kak"

Belum sempat Jeno menyelesaikan kalimatnya, ketua ekstrakurikuler mereka telah berdiri di tengah-tengah ruangan.

Jeno mendesah pasrah, Ia berusaha fokus dengan kakak kelas perempuan itu.

"Selamat sore semua. Terimakasih sudah menyempatkan untuk datang ke pertemuan minggu ini, sebenarnya hari ini gak ada materi atau praktek." Jihyo memandang Winwin, memberi isyarat dengan mata nya untuk berdiri di samping nya.

"Untuk info selanjutnya akan di jelaskan oleh Nares selaku wakil ekskul kita" Winwin menoleh dan menatap tajam Jihyo yang tersenyum jahil.

Andai tidak ada anggota lain, maka sudah Winwin maki-maki ketua menyebalkan nya ini.

Jeno sendiri terkejut, selama ini kekasih kakak nya adalah wakil ketua ekstrakurikuler seni rupa. Ah, anggota macam apa dia.

Terlihat Winwin yang menarik nafas sebelum berbicara panjang.

"Seperti yang kalian tau, beberapa bulan lagi sekolah kita akan mengadakan acara tahunan yaitu pentas seni. Untuk yang belum tau, pentas seni diadakan selama 3 hari yang diadakan terpisah. Jadi gak berturut-turut selama 3 hari. Sampai sini paham?" tanya nya sembari melihat respon yang anggota nya berikan.

Merasa mereka sudah mengerti dari anggukan kepala, Winwin melanjutkan.

"Hari pertama yaitu perlombaan akademik dan non-akademik dan bazaar, biasa nya sih sebulan sebelum hari puncak. Selanjutnya pameran seni, semua ekstrakurikuler bidang seni entah itu lukis, musik akan menampilkan kebolehan mereka. Nah, ini yang mau kita bahas hari ini. Masih ada waktu selama 2 setengah bulan untuk kalian menciptakan karya lukis, boleh di kanvas atau kertas. Kalau ada yang pakai kertas, nanti akan kami lapisi dengan bingkai foto. Ada pertanyaan?"

Entah keberanian dari mana, Jeno mengangkat tangannya. Sempat beradu pandang dengan Winwin sebelum Ia menduduk akibat pandangan sekitar.

"Silahkan, Satya"

"Maksimal lukisan nya berapa buah ya, Kak? Apa boleh lebih dari satu?"

Jeno menurunkan tangannya, Ia rasa jantung nya memompa lebih cepat hanya karena tatapan orang-orang kepada nya. Mungkin terlalu berlebihan tapi tidak untuk Jeno si anak pendiam.

"Oh, thanks untuk pertanyaan nya. Untuk maksimal karya yang kalian berikan itu kami serahkan ke kalian. Sesuai dengan kesanggupan kalian, sebelum nya kan kita sudah sering praktek, hasil karya kita yang lalu akan ikut di pajang dalam pameran ini. Ada pertanyaan lagi?"

Winwin sedikit menahan nafas saat sadar bahwa wajah-wajah adik kelas nya sedikit tegang, ah apa karena dirinya, pikir Winwin.

Padahal Ia sudah berusaha untuk tersenyum meskipun tipis, setidaknya sudah berusaha bukan?

Dia melihat Jihyo yang berdiri di sudut ruangan, "Untuk selanjutnya, saya serahkan kembali ke Marchia"

Winwin mendengus kencang saat kembali duduk, bisa Jeno dengar atau mungkin satu ruangan. Di depan sana, Jihyo menahan tawa dengan ekspresi wakil nya lalu melanjutkan pembahasan yang di ikuti pertanyaan-pertanyaan dari anggota lain.

"Ngeselin. Gua kan gak mengerikan"

Winwin terus bergumam atas kekesalan nya pada orang-orang yang takut dengan diri nya tanpa tahu Jeno mendengar semua nya bahkan pemuda itu terkikik kecil sedari tadi.

"Kak Nares lucu"

oOo

Dalam perjalanan mereka di koridor, seseorang dari arah berlawanan menghampiri Winwin dan Jeno.

Setahu pemuda ber-eye smile, dia adalah salah satu teman dekat sang kakak.

"Hai" sapa Mingyu begitu sampai dekat mereka.

Kaus biru lepek, celana di atas lutut, sepatu khusus, dan satu bola basket. Bisa di pastikan ketua basket itu habis latihan. Padahal seingat Winwin ekskul basket mengadakan latihan esok hari.

Jangan tanya dia tahu dari mana!

"Hai" balas Winwin. Saat netra Mingyu mengarah ke Jeno, anak itu hanya tersenyum dan sedikit mengangguk.

"Mau pulang?"

"Iya. Lo sendiri?"

"Setelah kasih kunci lapangan. Mau bareng?"

Jeno hanya menatap interaksi kedua nya, sedikit tak nyaman dianatra mereka namun tak mungkin pergi begitu saja.

"Aaa----"

"Nares!"

Seperti nya Jeno memang harus pergi ketika kakak nya datang dengan wajah datar.

🎬 TBC 🎬

Jeno bucin

MusuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang