⚡Jemput⚡

490 73 22
                                    

"Buna, kok gak bangunin Nares sih?"

Wanita yang dipanggil 'buna' menatap tajam Winwin yang tengah berjalan ke arahnya.

"Enak aja kamu kalau ngomong! Buna udah bangunin kamu dari tadi, tapi kamu nya aja tidur nya kayak orang meninggal" bela Tiffany, ibu dari Winwin.

"Ihh buna, sumpahin aku ya! Aduh, aku telat" rengek Winwin sembari memakan roti dengan gigitan besar.

Meskipun mulutnya penuh dengan makanan tapi Winwin tak berhenti berbicara, padahal suaranya tak terdengar jelas.

Lebih seperti orang meracau.

Si kepala keluarga tak bisa berbuat apapun pada anaknya, Winwin terlalu menggemaskan.

Siwon jadi bertanya-tanya apakah anaknya masih berumur 9 tahun?

"Kalau mulut penuh jangan bicara, Nares. Telan dulu, lagian di depan udah ada yang tungguin kamu. Tadi ayah ajak masuk, dia gak mau" Siwon menandaskan kopi hitamnya, berdiri menghampiri istri dan anaknya untuk memberikan sebuah kecupan di dahi.

"Ayah pergi dulu ya"

"Hati-hati, Yah"

Siwon berjalan keluar sendiri tanpa ditemani sang istri yang harus mengurus bayi besarnya.

"Katanya udah terlambat, tapi makan nya santai banget. Itu pacar kamu udah nunggu lho!" ucap Tiffany kesal.

Hal itu membuat Winwin tersedak, buru-buru mengambil susu-lalu meminumnya hingga habis.

Pacar?

Siapa pacar nya?

Dia masih termenung hingga Tiffany kembali bersuara, "Pacar kamu ganteng, kok mau ya sama kamu?"

Otak nya mencerna dengan cepat perkataan Tiffany.

Oh iya, kemarin dia sudah jadian dengan Jaehyun.

Winwin membulatkan matanya, mengingat perkataan Jaehyun kemarin hari di atap sekolah.

'Besok pagi, aku jemput ya'

"Buna kenapa dari tadi gak bilang?"

Lagi, Winwin menyalahkan si bunda yang hanya bisa pasrah.

"Nares pergi sekolah dulu ya, Buna. Dadah" dikecup nya pipi Tiffany sebelum Ia berlari keluar.

"Hati-hati! Jangan nakal!" teriak nya. Entah di dengar atau tidak oleh Winwin.

oOo

"Ngapain lo disini?" tanya nya ketus.

Wajahnya berubah dingin setelah mendapati Jaehyun berada di halaman rumahnya.

Pemuda itu menyambut Winwin dengan senyum lebar.

"Jemput kamu lah"

"Gak perlu"

Winwin sadar bahwa perkataannya akan menyakiti hati Jaehyun tapi memang itu rencananya.

Ia ingin membuat Jaehyun tak betah berpacaran dengannya, mana tahu siang ini Jaehyun minta putus.

Ya kan?

"Udah, ayo naik. Kita udah terlambat nih"

"Tapi gua udah pu-"

Lidahnya kelu, tubuhnya membeku, dan otaknya masih mencerna kejadian tadi.

Kejadian yang berjalan dengan sangat cepat.

Jari-jari tangannya menyentuh pipi nya sendiri.

Si kurang ajar Jaehyun mencium nya?

"Biasain ngomong aku-kamu. Paham, Nares?"

Jaehyun terkikik geli dengan raut wajah kebingungan kekasihnya. Sangat menggemaskan.

"Ayo, berangkat"

Pemuda manis itu seakan tak berjiwa, dia sedari tadi hanya termangu. Mengikuti semua kemauan Jaehyun-yang menyebalkan.

Bahkan tak menolak ketika lengannya dibawa untuk melingkari pinggang Jaehyun.

Hingga motor sport itu meninggalkan pekarangan rumah, Winwin masih juga terdiam.

Efek ciuman seorang Sadya Jaehyun Baskara ternyata sangat luar biasa. Untung saja hanya di pipi, bayangkan jika di bibir.

Hanya menghabiskan waktu sekitar 10 menit, mereka sudah sampai di area parkir sekolah.

Masih ada 5 menit lagi sebelum bel pelajaran di mulai, sehingga area parkiran masih cukup ramai.

Tak sedikit orang yang terkejut dengan kedatangan Jaehyun bersama Winwin yang memeluk pinggang pemuda ber-dimple erat.

"Hei, gak mau turun?" tanya Jaehyun. Ia menoleh hingga langsung berhadapan dengan wajah manis Winwin.

Pemuda yang terkenal garang itu mengangguk lalu turun dari motor Jaehyun, membuka helm dan menyerahkan kepada si empunya.

"Ya ampun, kamu masih bengong aja."

Tindakan Jaehyun semakin membuat banyak orang di sekitar mereka heboh,

Jaehyun mencium pipi Winwin. Lagi.

Justru hal itu menyadarkan Winwin—yang sekarang sudah mengepalkan kedua tangannya.

"Sialan!"

Bugh

"Bangsat lo Sadya!"

Tak peduli dengan ringisan Jaehyun, dia memilih pergi dari tatapan penasaran anak sekolahnya.

"Anjing!"

🎬 TBC 🎬

MusuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang