Memandangi wajah Gong Jun yang tengah terlelap memberikan sebuah ketenangan tersendiri bagi ZheHan. Mata yang terpejam dan wajah yang pulas dalam buaian damai itu nampak begitu polos, membawa hangat yang menyaingi sinar belia mentari pagi yang menyusup masuk melalui kaca jendela. Rambut Gong Jun yang teracak lucu semakin menambah gemas pemandangan pagi hari dokter muda itu.
Pemandangan seperti ini tak sering bisa ZheHan nikmati. Karena jarang sekali ia bangun lebih dahulu daripada Gong Jun. Gong Jun selalu mengawali pagi lebih awal, tanpa mengganggu ZheHan yang masih terbuai mimpi, ia akan mempersiapkan segala rutinitas pagi. Saat ZheHan terbangun, ia akan disambut oleh aroma menggoda dari makanan yang masih mengepul hangat di meja makan.
ZheHan mengulurkan tangannya, menyentuhkan jemarinya pada ujung-ujung rambut liar Gong Jun yang mencuat-cuat di atas bantal. Ada hangat yang membelai celah-celah hatinya. Gong Jun yang seperti ini, Gong Jun di pagi hari yang jauh dari kata rapih, hanya dia yang bisa menyaksikannya. Hanya dia seorang.
Gong Jun pasti tengah dilanda lelah setelah bekerja hingga larut kemarin malam. Ia masih nyaman terjebak dalam pulasnya meski matahari telah menyembul cerah dari timur cakrawala. Tak sampai hati ZheHan merampas nyenyak yang sudah menjadi hak suaminya itu. Urusan sarapan pagi, biarlah hari ini mereka bergantung pada roti tawar dengan olesan selai dan segelas susu segar hangat.
Ponsel di meja kayu kecil di belakang Gong Jun berderak, menyala bergetar tak sabar. Gong Jun masih terlelap nyenyak, tak ada tanda-tanda ia mau terlepas dari alam mimpinya. Dengan hati-hati, tanpa menindih Gong Jun, ZheHan meraih ponsel yang masih bergerak-gerak oleh getaran dari atas meja.
Sebuah nama yang tak ZheHan kenal menatap balik ke arahnya dari layar ponsel yang menyala terang.
Ke NaiYu.
Mungkin salah seorang dokter atau perawat di rumah sakit tempat suaminya bekerja. Berpikir itu adalah sebuah panggilan yang penting, ZheHan menerima panggilan itu sambil beringsut agak ke tepi.
"dr. Gong, aku sudah menemukan tempat yang tepat."
Sebuah suara berujar ceria dari seberang sana, bahkan sebelum ZheHan sempat mengucap salam pembuka.
"Aku akan membawamu ke sana setelah shiftmu berakhir. Tapi jangan sampai suamimu tahu."
Genggaman ZheHan menegang di sekeliling ponsel Gong Jun.
Jangan sampai suamimu tahu.
"Sudah ya, nanti kita sambung lagi."
Panggilan itu terputus. Layar ponsel masih menempel di telinga ZheHan.
Tatapan tajam ZheHan beralih kepada Gong Jun yang masih tertidur pulas. Kali ini, pria itu tak lagi terlihat menggemaskan.
*
Ajakan percakapan dari Gong Jun hanya disahut oleh satu atau dua patah kata dari ZheHan. Tak lebih, tak kurang. Entah Gong Jun menyadari ada yang salah dengan ZheHan atau tidak, raut wajah pria itu nampak terbayangi dengan tanya. Sarapan pagi itu berlangsung tanpa canda, apalagi tawa.
ZheHan masih menampakkan ekspresi gelap bahkan saat Gong Jun memberinya kecupan di dahi sebelum ia turun dari mobil. Gong Jun tak bertanya, tak pula menuntut penjelasan akan perlakuan tak biasa ZheHan pagi itu. Ia hanya mengulas senyum lembut seraya menyerukan ucapan semangat kepada ZheHan yang hendak melangkah masuk menuju gerbang sekolah.
ZheHan hanya melambai. Ia tak membalas senyum itu. Hatinya masih teraduk oleh perasaan risau akibat telepon tadi pagi.
Langkahnya tak semangat menyusuri lorong sekolah yang ramai dengan siswa siswi yang berlalu lalang. Suara derap sepatu dan celotehan riang para remaja itu mengiringi langkah ZheHan menuju ruangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/266871387-288-k950823.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
This Little Happiness of Ours
Romance【Kumpulan One-shots】 Tentang Dokter Gong Jun, Pak Guru Zhang ZheHan, dan kehidupan rumah tangga mereka. Sebuah AU.