Chapter 08

1.5K 145 0
                                    

Hari minggu yang biasanya orang-orang gunakan untuk bermalasan di kamar sambil menonton drakor dan memakan cemilan, sebagai bentuk memanjakan diri tidak berlaku bagi perempuan yang kini baru saja keluar dari pasar dengan membawakan belanjaan di ke...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari minggu yang biasanya orang-orang gunakan untuk bermalasan di kamar sambil menonton drakor dan memakan cemilan, sebagai bentuk memanjakan diri tidak berlaku bagi perempuan yang kini baru saja keluar dari pasar dengan membawakan belanjaan di kedua tangannya.

Sudah keharusan bagi gadis itu rutin membantu mamanya untuk berbelanja di pasar saat hari libur sekolah.

"Mau ke mana lagi abis ini, Ma?" tanya Launa. Dia dan Mamanya sama-sama berjalan beriringan menuju parkiran, mengambil kendaraannya.

"Udah, langsung pulang aja," jawab wanita paruh baya dengan nama Rina.

Launa mengangguk dan segera meletakkan belanjaannya di sangkutan motor, ia memberi isyarat pada Rina untuk naik ke motor.

Motor Vario hitam milik Launa ikut menciptakan suara yang masih bisa didengar di tempat itu, lalu bergegas meninggalkan parkiran pasar.

Di jalanan besar yang mereka lewati cukup ramai, seperti biasa jalanan Jogja selalu penuh di hari minggu, hingga menimbulkan macet di lampu merah.

"Masih lama macetnya, Lau?" tanya Rina. Suasana terik di jam 9 sudah cukup menimbulkan hawa panas yang membuat dirinya mengibas-ngibaskan tangannya.

"Nggak tau nih, Ma," jawab Launa.

Pemandangan tak enak harus dirasakan Launa saat ia melihat pengendara motor sport hitam milik Mahen dengan orangnya yang sedang membonceng gadis mengenakan baju blouse putih dan skinny jeans.

Lampu merah yang tidak berlangsung lama itu membawa Launa hanya sebagai pengamat dari sebrang jalanan lampu merah, tidak ada tegur sapa dari Launa, tidak ada tegur sapa hingga kendaraan bergegas bebas untuk melaju.

Sementara di seberang sisi jalan, Mahen memicing melihat Launa di lampu merah. Ketika ia melihat motor Launa melaju saat lampu hijau, Mahen juga ikut melaju namun ke arah yang berbeda.

Mahen berkendara mengelilingi Jogja bersama seorang gadis yang tadi pagi tiba-tiba datang ke rumahnya dengan alibi ingin ditemani olehnya membeli sepatu untuk kado ulang tahun adik Sabrina.

"Ini kita beli sepatunya di mana?" tanya Mahen, matanya masih fokus ke depan jalan.

Sabrina menarik sudut bibirnya, setengah tersenyum, "Di toko Liberal shoes aja."

Sebenarnya, adik Sabrina tidak berulang tahun. Bahkan ulang tahun adiknya masih sangat lama, ia sengaja datang ke rumah Mahen dan meminta laki-laki itu menemani mencari kado agar dia bisa menghabiskan waktu bersama Mahen selagi ini hari libur.

Im In Love With Mahen (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang