Jika ada satu pertanyaan, siapa yang mampu menahan perasaan cinta terhadap temannya selama bertahun-tahun, maka Launa Givanya adalah orang yang tepat untuk jawaban tersebut.
Launa Givanya atau yang kerap di sapa Launa ini adalah seorang gadis remaj...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dua laki-laki dengan gaya berpakaian cukup kontras yang menarik perhatian orang-orang di kantin sekolah. Dua laki-laki itu tak lain tak bukan adalah Mahen dan Deon. Keduanya duduk di antara siswa-siswa yang tengah menyantap makanan mereka masing-masing. Sebenarnya kelas masih dimulai, dua laki-laki itu memilih untuk bersantai di kantin karena belum mengerjakan tugas minggu lalu yang diberikan oleh Bu Dita.
"Haahhh... Rindu... Sama Rora." Deon menghela napasnya. Menyesap teh dingin yang baru saja dipesan. Mahen tak menghiraukan nya dan lanjut fokus pada layar handphone miliknya.
"Hen, lo nggak rindu sama Launa?" tanya Deon.
Dahi Mahen mengerut. "Maksud lo?" Mahen sangat heran karena pertanyaan temannya itu, dia bahkan belum menceritakan hubungannya dengan Launa kepada Deon.
"Lo kira gue nggak tau?" Deon tertawa sarkas. "Berita lo pacaran sama Launa udah tersebar luas, sumbernya Sabrina."
Mahen meminum jus jeruk di hadapannya sebelum membuka ucapannya. "Pusing gue harus gimana. Semoga aja ini nggak jadi masalah besar buat hubungan gue sama Launa yang baru aja dimulai." Mahen mengaduk minuman itu dengan sedotan. Sebab ucapannya, Deon jadi menoleh memperhatikan.
"Lo serius sama Launa?" tanya Deon, sebenarnya ia cukup penasaran dengan isi hati temannya. Ia masih tak cukup yakin jika benar ada perasaan yang tumbuh di diri Mahen, terlebih lagi menurut Deon temannya itu sulit sekali tertarik pada gadis-gadis.
"Gue suka dia dari jaman SD dulu."
Pernyataan Mahen membuat Deon sontak terkejut tak percaya. "Lo serius?"
Mahen menganggukkan kepala. "Nggak usah lebay."
"Udah lama banget lo suka sama dia, kenapa nggak dari dulu aja lo nembak dia?"
"Gue ragu sama perasaan dia, gue takut ditolak sama dia, gue takut pertemanan gue sama Launa rusak cuma karena perasaan gue ke dia."
"Bodoh, buktinya sekarang lo sama dia jadian."
Mahen tertawa kecil. Benar, dia dan Launa sudah menjadi sepasang kekasih.
"Gue baru sadar kalau dia punya sisi yang lucu banget, selama ini dia ngeselin banget. Kasar anaknya, tapi... Setelah pacaran— dia jadi lembut banget, jadi kayak cewek yang gemesin gitu."
Deon tersedak dari minumnya. "Geli gue dengarnya," cibir Deon.
"Masa sih aku punya sisi yang kayak gitu?"
Launa tiba-tiba muncul dari belakang, pipinya memerah mendengar perkataan dari sang pujaan hati yang dianggapnya sebagai pujian.
"Launa, da- dari kapan kamu di sini?" Mahen bertanya dengan gugup pada Launa.
Launa menggeleng kepala sambil tertawa kecil. "Dari kamu cerita tentang sisi aku," jawabnya.
Sementara Rora dan Deon hanya bisa tertawa melihat Mahen yang malu-malu di hadapan Launa. Laki-laki itu seperti bocah yang baru kasmaran.