Kaki Zira mengayun meninggalkan koridor kelasnya menuju kedepan gerbang, pelajaran hari ini sudah selesai sekitar Lima menit yang lalu. Hari pertama Zira bersekolah sangat melelahkan. Zira tidak banyak mengikuti pelajaran, karena dia dipinta guru untuk pengenalan lingkungan sekolah terlebih dahulu. Sekolah ini sangat luas maka dari itu melelahkan bagi Zira mengelilingi seluruh gedung-gedung disini.
Hari ini Zira pulang dijemput Abangnya, Zidan, karena yang sering mengantar jemput Zira untuk saat ini tidak bisa meninggalkan kelasnya.
Sesuai janji Abangnya, Zira minta diantar ke Alfamart, karena cemilan dirumahnya sudah mulai habis dimakan Abang lucnuknya Zifan.
Setelah beberapa menit lamanya,merekapun sampai ditempat itu.
Disatu sisi ada seorang laki-laki yang turun dari motornya, melepaskan helm dan berjalan menuju kasir Alfamart.
"Mba,Rokok itu satu" ucapnya pada sang kasir
Tiba-tiba penglihatannya mengarah pada satu sosok laki-laki yang ia kenal
"Ngapain bang Zidan disini?apalagi dia milih-milih cemilan. Biasanya juga cuma beli rokok." Guman Arva.ya dia Arva,sosok cowo yang berada di depan kasir, Arva sering ketempat ini,tapi sekedar untuk membeli rokok.
Terus berkabut dipikirannya,sampai ia tidak menyadari perempuan di sampingnya memanggil-manggil nya.
"Oh ya ini uang nya" ucapnya sembari memberikan satu lembar uang lima puluh ribu.
Kembali lagi mata itu menatap laki-laki yang tidak jauh darinya
"Loh kok sama cewe?apa itu cewenya?kok gak pernah ada cerita" batinnya bertanya-tanya siapa perempuan yang bersama Zidan itu?"Ehh ngapain juga gue harus tau." Segera dia pergi dari tempat itu sebelum pikirannya terus menerus bertanya.
Setelah memakai helmnya Arva menyalakan motornya dan segera meninggalkan area Alfa. Mau kemana dia?ya jelas ke basecamp,dunianya sekarang.
*
"Zira cepet,gue pegel ini. Dari tadi mondar mandir doang." Umpatnya
"Ish Abang bentar dong,baru juga sepuluh menit dah ngeluh,mending tuh ambilin ciki yang diatas,gak sampe tangan ziranya." Ketus Zira karena Abangnya tidak mau berhenti bicara sendari tadi.
"Huhh, makanya tumbuh itu keatas jangan kebawah" ejeknya dengan menoyor jidat Zira.
Akhirnya setelah dua puluh menit lebih bergulat dengan jajanan,juga tidak luput dari Omelan Zidan,kini mereka keluar dengan menenteng dua kantung keresek.
"Gak mau lagi ya gue nganter-nganter Lo belanja kaya gini." entah sudah berapa kali laki-laki itu mengucapkan kalimat yang sama.
"Ish Abang gak boleh gitu dong."
"Suruh Zifan aja yang nganter Lo,kan dia yang ngabisin jajanan Lo." Ucapnya sambil menaruh ketengan keresek,dan langsung berjalan memutar mobil.
°°°
"Ehh bos,kemana aja Lo?tadi juga kenapa gak sekolah?" Ucap Edwin
Arva hanya mengangkat bahunya acuh,toh gak penting juga ngasih tau mereka.
"Alan mana?" Tanyanya tanpa menatap kedua temanya,dia sibuk dengan rokoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVABAS
Teen Fiction[TIDAK DI LANJUTKAN] {Follow dulu sebelum membaca.} Tentang seorang Arvabas Ferdinand Argam. Akhir-akhir ini namanya melambung tinggi, siapa yang tidak mengenal seorang Arva, terlebih sekarang jabatannya sebagai ketua dari geng Rednek. Menjadi ketu...