Seperti biasa, kantin akan selalu ramai,waktu istirahat sudah sepuluh menit berlalu,tapi Zira dan teman-temannya baru sampai di kantin. Mereka berjalan kearah depan tidak berniat untuk makan,hanya membeli minuman dan kembali ke kelasnya.
Setelah membayar minuman mereka keluar dari kantin,mereka berjalan menuju kelasnya. Sedang asik-asiknya tertawa suara laki-laki didepannya menghentikan tawaan mereka.
"Hai neng cantik!." Siapa lagi yang selalu memanggilnya seperti itu kalau bukan Edwin.
"Hai kak." Balas Zira
"Eh ada temen-temen neng cantik juga,hallo kenalin babang tampan se SMA Tirta Negara.Ed win." Ucapnya dengan mengedipkan satu mata.
Iqbal memukul bahu Edwin "jijik goblok."
Edwin menatap Iqbal sinis "apaansi Lo?" Lalu dia kembali menatap Zira dan teman-temannya lagi dengan senyuman.
"Kak kita duluan yah." Pamit Zira yang sudah melangkah mendahului Edwin dan temannya.
"Lah kita belum kenalan heii." Teriak Edwin dengan menatap ke empat perempuan yang sudah menjauh
Arva mengendus jengah pada Edwin,kenapa dia harus punya teman seperti ini? Arva pun melangkah pergi meninggalkan mereka dan di ikuti Alan.
"Malu-maluin mana pake tereak-teteak lagi Lo." Iqbal menoyor kepala Edwin dan melangkah menyusul Arva.
"Lah salah gue apa?kan cuma ngajak kenalan,siapa tau dapet semua. ck,ck punya temen gada yang bisa ngedukung." Edwin menepuk jidatnya dan melangkah pergi.
Sedangkan di kelas Zira,kelasnya sedang di hebohkan oleh Zahra da Neni. Untunglah kelasnya masih kosong.
"Huaaa omaygatt akhirnya gue bisa liat kak Arva dkk dari dekat." Teriak Zahra menggema seluruh kelasnya.
"Pada ganteng banget aaa jadi pengen bawa pulang." Entahlah mungkin Risya greget sampe menggoyang-goyangkan badan Neni.
"Astagfirullah Risya gak usah gini juga ini badan gueeee"
Zira hanya melongo menatap temannya itu,bukannya mereka sudah satu tahun sekolah disini,dan pastinya selalu bertemu dengan mereka.
"Eh eh udah udah jangan teriak-teriak malu diliatin sama yang lewat." Zira menarik tangan Zahra dan Risya ke tempat duduknya. Dan dia kembali duduk ditempatnya.
"Oksigen mana oksigen,sesek napas gue." Zahra masih dengan teriakannya
Neni menoyor jidat Zahra dari depan bangkunya. "Gak harus gitu juga Zahratun."
"Heh emang Lo gak seneng apa selama satu tahun menanti,dan akhirnya doa-doa kita di kabulin."
"Ya gue seneng,tapi apa gue harus seheboh Lo gitu?"
"Lo gak ngerasain sih."
"Ya nggak lah,kan Lo doang yang ke gitu." Neni memutar badannya kembali menghadap depan.
Zira hanya memandang dan mendengarkan perdebatan ke dua temannya tanpa ikut bicara, tidak dengan Risya,dia malah menjadi-jadi, dengan senyum-senyum gak jelas menatap layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVABAS
أدب المراهقين[TIDAK DI LANJUTKAN] {Follow dulu sebelum membaca.} Tentang seorang Arvabas Ferdinand Argam. Akhir-akhir ini namanya melambung tinggi, siapa yang tidak mengenal seorang Arva, terlebih sekarang jabatannya sebagai ketua dari geng Rednek. Menjadi ketu...