"Gak!"
"Zira Lo?" Arva masih menatap Zira dengan tatapan tak percaya
Arva memutuskan pandangan kearah lain. "Oke!" Ucapnya sambil mengangguk-angguk
"Yaudah ayo disini dingin!" Arva berjalan mendahului Zira.
Arva berjalan dengan tatapan kosong, pikirannya kacau. Entahlah hatinya sakit,semuanya hancur,ini bukan yang diinginkannya. Tapi Arva harus sadar,ini keputusannya,dan ia harus menerima apapun itu.
"Kak Arva tunggu!" Teriak Zira yang terus berlari mengejar Arva.
Deg
Arva merasakan ada tangan yang melingkar di pinggangnya.
"Kenapa ninggalin?" Tanya Zira yang masih menenggelamkan wajahnya di punggung Arva.
Apa ini?kenapa perempuan itu memeluknya?apa dia tidak merasa bersalah?
"Ih kok diem?"
"Kenapa?" Ucapnya dengan nada dingin.
"Kok malah balik nanya?"
"Ya kenapa?"
Zira membalikan badan Arva untuk menghad pada dirinya. Keduanya saling tatap untuk berada detik sebelum Arva mengalihkan pandangan nya.
"Liat sini!" Ucap Zira dengan nada lembut.
Arva menurut,ia menatap Zira yang tingginya hanya sebatas dada.
"Kok diem Mulu?" Zira mengerutkan keningnya.
"Marah ya?" Ucapnya lagi
Arva menggeleng. "gak!" Ucapnya ketus
Zira menahan tawa melihat wajah merah Arva.
Zira mengelus rahang Arva sambil menatapnya lekat.
Arva pun memejamkan matanya nyaman dengan sentuhan Zira.
"Don't worry, that was just a joke!" Zira tersenyum, tangannya kini beralih mengelus pipi Arva.
Arva mengangkat kedua alisnya kaget,jadi?
"What does that mean? Don't joke about this!" Ucap Arva dengan serius.
"Then how do you want it? Still the same answer as the beginning?"
"I don't want that answer!" Jawab Arva cepat.
Zira tertawa pelan, laki-laki di hadapannya ini sangat lucu dengan wajah memohon nya.
"Oke, try again!" Zira melepaskan tangannya dari genggaman Arva. Ia mundur satu langkah.
"Kenapa harus di ulang?" Tanya Arva.
"Gak papa sih!" Zira mengangkat bahunya.
"Gue sayang sama Lo,from now on you are mine, gue gak Nerima penolakan ataupun bantahan, paham?." Ucap Arva penuh penekanan,ia maju untuk meraih tangan Zira.
reader paham gak nih?:V
"Kok maksa?" Ucap Zira sambil mengangkat satu alisnya.
"Diem atau gue cium! Banyak banget omong!" Arva menarik Zira kedalam pelukannya
"Berani-beraninya Lo jailin gue Zira!" Arva semakin mengeratkan pelukannya.
"Kak sesek ini!" Zira mendorong bahu Arva, pelukannya sedikit melonggar.
"You are mine, you are mine, you are mine. I won't let anyone take mine!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVABAS
Teen Fiction[TIDAK DI LANJUTKAN] {Follow dulu sebelum membaca.} Tentang seorang Arvabas Ferdinand Argam. Akhir-akhir ini namanya melambung tinggi, siapa yang tidak mengenal seorang Arva, terlebih sekarang jabatannya sebagai ketua dari geng Rednek. Menjadi ketu...