Chapter 9

516 44 18
                                    

Maaf update nya lama.
Untuk chapter chapter sebelumnya mungkin akan ada sedikit perubahan, akan ada tambahan2, kalo ada yang mau baca ulang silahkan,ngga juga gak papa:)

Happy Reading

°°°

Tepat pukul sembilan malam,Arva dkk serta sebagin anggota sedang berada di jalan yang cukup sepi,dan juga biasanya tempat ini di jadikan tempat balapan liar.tapi Tidak begitu sering.


Dilihat ke sebrang sudah ada geng Triand dengan anggota yang cukup banyak,tidak seperti biasanya mereka datang dengan jumlah anggota sebanyak itu.

"Tumben geng sebelah rame."ucap Iqbal dengan satu tangan bertumpu di bagian depan motor.

"Mau demo kali,tau mau silaturahmi sama jalan" balas Edwin

"Hah gimana gimana?"tanya Iqbal

Belum sempat Edwin berucap,seorang laki-laki datang dari arah belakang mereka.

"Hai kita bertemu lagi."ucapnya melirik Arva

"Bacot."timpal Alan dari belakang

Bima tersenyum sinis dan menatap satu persatu yang ada di hadapannya.

"Udah siap kalah bos!" Bukan sebuah pertanyaan tapi meremehkan

"Heh kudanil sejak kapan Arva kalah dari Lo?" Ucap Edwin dengan meninggikan suaranya.

"Haha tapi sayangnya untuk malam ini dia bakal kalah."

Semua terdiam mencerna apa maksud yang di ucapkan Bima.

Bima tersenyum kembali melihat wajah-wajah kebingungan lawannya atau lebih tepat musuhnya. "Lo liat orang itu?" Tunjuk Bima,semua menoleh mengikuti arah yang Bima tunjuk.

"Ya dia lawan lo.dan gue sengaja milih jalan ini supaya lebih luas dan lebih gampang untuk dia."

Sial, apa maksudnya? Batin Arva.

"So, selamat menerima kekalahan." Bima menepuk pundak Alan dengan kekehan dan langsung meninggalkan tempat itu.

Semua diam,memandang orang yang di maksud Bima. Prasaan mereka tidak enak,entah apa yang akan terjadi.semoga semuanya baik-baik saja.

"Kaya gak asing!" Ucap Alan tiba-tiba

Semua menoleh kearah Alan, maksudnya meminta penjelasan lebih.

Alan menatap Arva. "Apa orang itu yang Lo ceritain?" Arva menoleh pada Alan tapi hanya beberapa detik. Arva menatap orang itu,dari motor emang sama dengan warnanya merah.

Ditengah-tengah pokusnya Arva meneliti orang itu, laki-laki itu membalikan badannya. Pandangannya tidak luntur dari Arva,tapi Arva Tidak bisa melihat jelas wajahnya karena di tutup helm.

Setelah lima menit mereka diam dengan pikiran masing-masing,suara teriakan perempuan membuyarkannya.

"Lo pasti bisa,fokus jangan mikirin apapa." Alan Seakan tau konsen Arva teralihkan dengan sosok laki-laki itu.

ARVABASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang