"Bang Zifan siniin gak?" Teriak Zira dengan merentangkan satu tangan ke depan.
"Gak" Zifan menyembunyikan buku persegi dengan ukuran kecil,yang bertuliskan Diary Zira.
"Abang Zira udah telat ish bikin kesel aja" Zira terus mengejar Zifan mengelilingi kursi ruang tamu.
"Bang Zidan" teriak Zira menggema seluruh ruangan.
"Apaan ni puisi puisi gini" Zifan membaca halaman satu,isinya hanya puisi tentang senja.
"Bang Zifan ih apaan si siniin"
"Wah kayanya seru nih" Zifan terus memanas-manasi Zira yang terus menatapnya tajam.
"Kenapa Zira?" Tanya Zidan
"Liat tuh" Zira menunjuk Zifan "pagi-pagi bikin kesel aja,mana udah telat lagi!" Omel nya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Emang nya itu apaan?" Tanya Zidan lagi
"Wah bang liat nih,surat cinta nya Zira!" Ucap nya terus membuat Zira kesal.
"Ish gak ada yah, sini balikin ini udah telat" teriakan kembali menggelegar dari Zira.
"Assalamualaikum!" Ucap seseorang dari arah pintu.
"Waalaikumsalam!" Balas ketiganya.
"Lah Napa tuh bocah?" Tanya Arva pada Zifan yang mengarah pada zira.
"Ritual pagi!" Ucapnya sambil ketawa
"Udah udah gih berangkat udah siang!" Perintah Zidan sambil mengelus rambut Zira.
"Nih" Zifan memberikan buku pada Arva.
"Gue berangkat dulu,dadah adik manis!" Sambungnya lagi,dengan melambaikan tangan pada Zira,dan melangkah keluar.
"Yaudah gue juga berangkat ya!" Ucapnya pada Zira.
Zira menggaguk,dia menyalami tangan Zidan.
"Hati hati" ucapnya pada Arva
"Yaudah yu berangkat!" Zira mengambil buku yang ada di tangan Arva dan langsung memasukkan pada tasnya.
"Bentar gue pengen ke toilet"
"Ish ini udah siang,ntar aja di sekolah!"
"Mana bisa" Arva berlari ke arah toilet.
"Huh semua bikin kesel!" Zira berjalan keluar rumah dengan menghentak-hentakkan kakinya.
"Kak Arva lama banget si?" Teriaknya dari arah luar.
"Iya-iya ini udah!" Arva menghampiri Zira.
"Lama banget udah siang" ucapnya ketus
"Pms Lo?" Tanyanya sambil mengangkat satu alis.
"Gak!" Jawabnya meninggalkan Arva.
Arva menyalakan ponselnya,ia melihat tanggal. Tanggal delapan,berarti tamu Zira sudah datang,pantas susah diajak tenang.
"Kak Arva ngapain main hp?liat jam noh udah jam berapa?" Arva mengikuti arahan Zira. Jam tujuh pas,yang berarti gerbang akan di tutup lima belas menit lagi. Sedangkan dari sini butuh waktu kurang lebih dua puluh menit.
Langsung saja Arva menaikan motornya,memakai helm untuknya.
Arva langsung menarik gasnya dan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi yang membuat Zira spontan Melingkarkan tangannya di perut Arva.
"Pelan-pelan dong" teriaknya
"Kak jangan ngeprank malaikat astagfirullah!"
"Kak gak lucu yah kalo kita mati muda."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVABAS
Teen Fiction[TIDAK DI LANJUTKAN] {Follow dulu sebelum membaca.} Tentang seorang Arvabas Ferdinand Argam. Akhir-akhir ini namanya melambung tinggi, siapa yang tidak mengenal seorang Arva, terlebih sekarang jabatannya sebagai ketua dari geng Rednek. Menjadi ketu...