Chapter 7

657 49 10
                                    

Langit malam menutupi jalanan, tapi jalanan dihangatkan dengan deruman motor. Seperti saat ini,dua motor dengan aksi saling kejar mengejar dijalan yang sepi.
Iya disinilah beradanya Arva,ia dengan semangat melaju kencang tanpa memikirkan keselamatannya.

Arva sangat merindukan kemenangan dari musuhnya ini. Selama satu Minggu Bima tidak pernah memunculkan dirinya dihadapan Arva,dan sekarang entah angin apa dia menantang seorang Arva,tentu dengan senang hati Arva menerima kemenangannya. Bima yang selalu menyombongkan diri sangat yakin akan mengalahkan Arva kembali.

"Udah puas belum?" Tanyanya dengan menaikkan satu alis.

"Gue gak akan pernah kalah dari Lo." Jawabnya

"Ck,banyakin sadar diri deh." Ucap Iqbal yang sudah ada di belakang Arva,diikuti beberapa anggota lainnya.

Tanpa satu katapun Bima meninggalkan Arva dan teman-temannya.

"Dasar Bima sakti, eh jangan Bima sakti deh." Cibir Edwin

"Emang kenapa?" Tanya Iqbal penasaran

"Si Bima kan gak sakti,dia mah lemah,sekali gue bogem juga pasti tumbang"

"Belaga Lo bisa ngebogem Bima,giliran disuruh ngadepin malah mundur-mundur."

"E-enggak yah,gue mundur itu bukan takut,Bima itu kecil bagi gue,jadi gue biarin buat si bos,yakan bos?"

Arva memutar bola matanya,ia jengah dengan ke dua curut ini.

"Cabut."

°°°

"Bang Zifan ih siniin,itu punya Zira." Tidak ada habisnya Zifan menjaili Zira. Tadi Zira sempet nangis gara-gara Zifan meminum minuman kesukaannya,sekarang dia ngambil tiga bungkus sekaligus snek Zira.

"Zifan gue udah cape,balikin cepet." Ucap Zidan dengan datar.

Zifan menghiraukan perintah Zidan untuk ngembaliin snek adiknya. "Ntar dulu Ziranya belum nangis." Ucapnya dengan berlari diikuti Zira yang mengejarnya.

Zidan semakin pusing dengan kelakuan Zifan, selalu saja begini, nanti jika Zira sudah nangis dia pasti kabur,dan tentu saja Zidan yang akan repot nenangin adik gadisnya.

Zira akan cengeng dan manja kalo sama abang-abangnya. Berbeda kalo sudah dengan orang lain,dia akan dewasa.

"Aww" sudah Zidan duga hal ini akan terjadi.

"Makanya gue udah bilangin jangan lari-lari." Ucap Zidan berjalan ke arah Zira

"Hiks,ciki nya." Dia menunjuk ciki yang di genggam Zifan

Zidan menghela napas,dia harus banyakin mental menghadapi semua ini. "Udah ntar besok gue beliin lagi,sekarang tidur udah malem." Zira hanya mengangguk,dan Zidan membawa Zira ke kamarnya.

"Lah berasa adik tiri gue ditinggal sendiri kaya gini."

°°°

"Zira udah sarapannya?berangkat gih udah siang di anterin Zifan." Ucap Zidan sembari mengelus rambut Zira.

"Gak, Zira gak mau dianterin bang Zifan." Tolaknya dengan nada ketus

ARVABASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang