Chapter 14

390 35 1
                                    

Dua bulan berlalu...

Terlihat dari arah rooftop, siswa-siswi memasuki area sekolah.

Dua bulan ini menjadi hari-hari penuh makna,banyak pelajaran yang bisa dikenang,seperti hubungan Arva da Zira. Kedekatan mereka semakin membuat orang iri,tapi sayang hubungan mereka tidak jauh dari sekedar TTM:v

"Bos Lo gak mau apa jadiin Zira milik Lo?!" Iqbal menatap Arva dari arah samping.
Mereka sedang menikmati indahnya pagi di rooftop sekolah.

"Dia udah jadi milik gue.!" Hembusan asap rokok membawa suasana menjadi lebih nikmat.

"Maksud gue gak ada niatan jadiin pacar gituh?" Tanya Iqbal lagi

Arva berpikir sejenak.

"Bang Zidan belum kasih lampu hijau." Timpal Alan dari arah samping kiri Arva.

"Masa iya? Setau gue si bos udah berusaha meyakini bang Zidan." Ucap Edwin

"Mungkin gak semudah itu!" Jawab Alan

Arva hanya diam mengamati ucapan-ucapan sahabatnya. Pacar? Arva gak segitu butuhnya dengan KATA pacar, bahkan sekarang orang tau Zira Milik Arva. Itu sudah cukup baginya. Dan hubungan antara nya hanya mereka dan hati mereka yang tau. Dan mungkin seiringnya waktu kata pacar itu akan ada di antara mereka.

"Tuh neng cantik.!" Edwin menunjuk Zira di arah gerbang.

Arva melihat Zira yang turun dari motonya Zifan. Seperti biasa Ziranya akan selalu cantik.

Arva membuang sisa rokok dan menginjaknya. Ia berjalan meninggalkan rooftop.

"Zira!" Suara itu berasal dari arah tangga. Zira menghentikan langkahnya dan berbalik kearah suara yang memanggil namanya.

"Kak Arva!" Zira tersenyum Arva Mun membalas senyuman itu.

"Berangkat sama siapa?!" Basa basi Arva, sebenarnya dia sudah tau.

"Sama bang Zifan"

"Yaudah gue anter ke kelas."

Astaga jangan tanyakan gimana keadaan jantung Zira sekarang. Perlakuan Arva hari ke hari makin tidak aman. Seperti sekarang tangan kiri Arva melingkar hangat di pinggang Zira, hari-hari kemari Arva hanya menggandeng tangan.

"K-kak!" Panggil Zira gugup

Arva hanya melirik sekilas,dia melihat wajah gelisah Zira. "Diem!" Hanya itu yang Arva ucapkan.

Bukannya tidak mau,tapi ini sekolah dan banyak pasang mata yang menatap kearah mereka.

Sepanjang jalan Zira hanya menunduk memainkan ujung bajunya.

"Gih masuk, istirahat gue jemput." Arva mengusap kepala Zira di depan pintu kelas.

"Iya kak."

Zira menatap Arva bingung.

"Yaudah kakaknya ke kelas"

Arva menatap zira dengan wajah datar.

"Lo nyuruh gue pergi,tapi tangan Lo gak lepas dari baju gue." Zira beralih kearah tangannya, dan benar tangannya memainkan ujung baju Arva.

Perasaan tadi pegang baju sendiri,huaa Malu banget. Zira memejamkan matanya dengan terus berdialog dalam hati.

"Mau kaya gini sampai kapan hm?" Arva beralih memegang tangan Zira untuk di genggam.

Semua siswa yang disana hanya melongo melihat drama romantis Zira dan Arva.

ARVABASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang