Unconditional Love (5)

1.3K 142 30
                                    

"Aku bersedia." Naruto menjawab gugup dibawah tatapan tajam Fugaku dan Madara.

"Kau yakin dengan keputusanmu? Lupakan ancaman Itachi di cafe waktu itu. Dengarkan kata hatimu. Aku tidak ingin terjadi sesuatu dikemudian hari." Fugaku mengabaikan tatapan menusuk Madara saat mengatakannya.

"Aku yakin, Paman. Tapi aku memiliki syarat." ucap Naruto sungguh-sungguh.

"Apa itu Sayang?" Mikoto tersenyum senang.

"J-jika nanti aku dan Madara-san menikah. Aku ingin fokus pada kuliahku." Naruto menatap Madara.

"Dengan kata lain, kau tidak ingin mengandung anakku." Madara menatap Naruto datar. Agak kesal mendengar perkataan Naruto tadi.

"Tapi hanya 2 tahun. Setelah itu kita bisa ikut program." Naruto memerah diakhir kalimatnya. Madara dan Sasuke menyeringai mendengarnya.

'Astaga! Kenapa si Teme menyebalkan itu terus menyeringai padaku sedari tadi.'

'Kita lihat saja Dobe, seberapa lama kau mampu bertahan dari Nii-sama'

"Baiklah, jika kalian sudah yakin dengan keputusan masing-masing. Lalu kapan kalian akan menikah?" Fugaku menatap Naruto dan Madara bergantian.

"Besokpun aku siap." ucap Madara angkuh yang langsung mendapatkan cubitan keras dipahanya. Pelakunya tentu saja adalah Mikoto yang kesal dengan sikap angkuh dan bebal milik keponakannya.

"Aku terserah Paman dan Bibi." Naruto menatap Ayah dan Ibunya yang mengangguk.

"Bagaimana jika awal bulan depan? Kau ingin pesta yang bagaimana Sayang? Ah dan satu lagi panggil kami Kaa-san dan Tou-san." Mikoto menepuk punggung tangan Naruto yang duduk didekatnya.

"Aku ingin yang sederhana saja. Cukup dihadiri keluarga dan kerabat, Kaa-san." Naruto menatap Mikoto penuh harap.

"Tidak bisa begitu, Nak." Fugaku menjawab pelan. "Kau calon anggota baru Uchiha, tentu kami harus menyambutmu seperti menantu kami yang lain." lanjutnya diiringi senyuman tipis.

"Tou-sanmu benar. Apalagi Madara juga seorang Presiden Direktur di perusahaannya. Tentu saja kolega bisnisnya harus diundang." Mikoto menambahkan.

"Jika memang begitu tidak apa-apa Sayang." Isshiki menepuk puncak kepala Naruto.

"Baiklah."

"Syukurlah. Untuk tanggalnya akan kami tentukan. Isshiki-san dan Kaguya-san sebaiknya ikut kami ke Tokyo untuk mempermudah diskusi kita tentang konsep pernikahan mereka." Mikoto menatap Kaguya penuh harap.

"Tapi bagaimana kebun kami. Juga kebutuhan kami nanti, Mikoto-san." Kaguya menatap Mikoto kikuk.

"Tenang saja. Suamiku bisa mengurus semuanya. Benarkan, Anata?" Mikoto tersenyum manis-kejam- pada Fugaku.

"Hn."

-

-

-

Kaguya dan Isshiki kini tinggal di Tokyo dekat dengan rumah Hamura. Madara yang membelikan rumah itu, rumah sederhana dengan 3 kamar tidur. Sebenarnya Naruto sempat menolak rumah itu, tapi mendadak bungkam saat Madara mengancam akan memperkosanya.

Kebun Isshiki dipinggiran Tokyo diurus oleh orang suruhan Fugaku dan Madara. Jadi Kaguya dan Isshiki hanya tau mereka menerima hasil penjualan. Sementara kini, Isshiki melanjutkan kembali profesinya yang sempat terhenti yaitu dokter hewan.

Awal mula mereka menikah, keluarga Kaguya tidak merestui mereka hingga mereka memutuskan untuk pergi menjauh dan menjadi petani.

"Ayah." panggil Naruto pada Isshiki yang sedang duduk sendiri di sofa ruang keluarga, karena Kaguya sudah berada di kamarnya.

Short Story FemNaru (FanBook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang