Jangan berekspetasi tinggi ke cerita ini T_T
"Kenalin, nama gue Sanha. Manusia paling ganteng nih, nama lo?"
Jujur, Renjun terganggu. Dia lagi telponan sama ibunya, eh makhluk jelmaan tiang datang entah dari mana.
"Lo beli bubur juga?"
"YA IYALAH!" Seru Renjun dalam hati, tapi yang keluar dari mulutnya hanya, "iya."
Sanha mangut-mangut mengerti. "Mau gabung sama temen-temen gue gak? Kita lagi cari temen nih."
"Gak ada niat tertentu kan?"
"Ada, niat kita mau temenan."
Gak salah sih...
"Kalau demi konten... awas aja lo," ancam Renjun tak suka.
"Gak kok, serius. Liat muka gue." Sanha melotot sambil memasang ekspresi serius. "Orang baik-baik kan? Tampang polos begini mana pernah bohongin orang. Eh, pernah deh."
"Kenapa muka lo pucet? Lo sakit?"
"Iya, gue sakit. Dan dokter gak tau penyakit apa yang ada di dalam tubuh gue. Gue harap lo ngerti."
"Ohh, penyakit langka," batin Renjun mengangguk-angguk. Setelah itu, dia mengangkat tangannya. "Gue Renjun."
Aneh, kenapa Sanha tidak merespon? Dia kan ingin berjabat tangan tanda ingin berteman. Tangannya bersih kok, baru saja memakai hand sanitizer.
"Sanha, lo dipanggil Jeno." Seseorang mengambil alih perhatian Sanha, pemuda tinggi itu segera pergi tanpa membalas uluran tangan Renjun.
"Dia kenapa?" Tanya Renjun tak mengerti.
Pemuda bersuara berat tersebut menoleh. "Haphephobia, phobia sentuhan. Jangan heran kalau dia jaga jarak ke orang lain."
Orang-orang pikir, menjadi Sanha itu enak. Selalu ceria setiap hari, memiliki circle yang paket lengkap, kesayangan guru, populer di kampus maupun di lingkungan sekitar rumahnya, dan lain-lain.
Nyatanya, Sanha tidak suka dirinya sendiri. Hanya sebatas tidak suka, bukan benci.
Dia mengidap penyakit yang belum diketahui oleh dokter dan memiliki phobia yang sangat mengganggu kehidupan sehari-harinya, beruntung teman-temannya baik padanya.
Hmm, pasti readers mulai curiga sana sini nih.
"Bengong mulu, dimakan buburnya," tegur Jisung mengejutkan Sanha.
Han Jisung ya, bukan Park ataupun Yoon.
"Gak nafsu gue..." kata Sanha menggeser buburnya ke kanan, memberi kode ke Hyunjin untuk menghabiskannya.
Yang dikasih tentu saja senang. Bubur gratis, masih banyak pula. Dia sedang lapar, kan lumayan dapat rezeki di pagi hari.
"Kalau gak dimakan buburnya mending gak usah beli," cibir Haechan yang mau bubur tambahan juga.
"Habisin aja punya gue, kalau mau," tawar Jeno agak kasihan karena Haechan kelaparan.
"Eh, yang lain gak bisa kesini apa gimana? Gue gabut, pengen main," kata Jisung.
"Telpon aja, jangan bilang lo gak punya pulsa?"
"Jisung mana pernah punya pulsa, Jen. Kuota doang palingan," timpal Felix yang baru saja kembali setelah memesan es teh manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
LI(E)AR | 00 Line ✓
Mystery / ThrillerBohong? Itu biasa terjadi. Tapi, kalau pembohongnya banyak? Wah, itu sih beda lagi.