Nostalgia

10.2K 805 9
                                    

Saking senangnya, Gara kini bernostalgia saat kali pertama ia bertemu dengan Dara. Gara mengulum senyum. Awal pertemuan saja, Dara telah membuat Gara tertarik.

Saat itu rinai hujan di sekitar kafe yang biasa Gara kunjungi setelah selesai kuliah. Tapi ada yang tak biasa saat Gara memerhatikan pengunjung kafe. Saking seringnya, ia hapal pengunjung kafe tetap atau tidak.

Gadis itu menatap ke jendela dengan pandangan sedu. Matanya terfokus pada bulir hujan. Gara melihat secangkir kopi yang masih agak utuh, asapnya sudah tak terlihat dan mungkin kopi itu sudah mendingin.

Gara memanggil pelayan untuk memesan kue blackforest yang ditujukan untuk gadis yang sedang duduk sendiri di dekat jendela. Pelayan itu pun mengikuti ucapan Gara. Gara masih memerhatikan gadis itu, tak lama si pelayan tadi datang menuju meja gadis itu.

Terlihat raut wajah yang terheran-heran. Si pelayan menunjuk Gara setelah berbincang sedikit dengan gadis itu. Dengan sigap Gara membuka buku yang baru ia beli dan pura-pura sibuk membacanya.

Dilihatnya, gadis itu menghampiri Gara dengan senyuman. "Kamu membaca buku terbalik?" tanyanya. Sontak Gara mengerjapkan matanya berkali-kali lalu mengusap tengkuknya, malu.

"Aku Adara Nafisa, panggil Dara saja. Terima kasih untuk kuenya, ini kue favoritku." Gadis itu tersenyum lalu memakan kue itu lamat-lamat.

Gra tersenyum kikuk, "Aku Garandi Bimasakti. Terserah ingin memanggilku apa."

"Gara. Cocok ya, Gara dan Dara."

Gara tersenyum, merilekskan tubuhnya.

The One Who WaitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang