** ١٢ **

335 38 3
                                    

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."

(QS. Al-Isra' 17: Ayat 23)

Di dalam kamar pondok Hasbi mengajak Rizwan berbicara. Mengenai percakapan tadi bersama uminya. Karena mereka sudah lama bersama sebagai sahabat, Rizwan menceritakan pertanyaan dan jawaban yang ia berikan. Padahal Umi Fitri sudah mewanti-wanti jangan menceritakan kepada anaknya.

Namun, Rizwan tak bisa apalagi sudah melihat raut wajah sahabatnya itu. Awalnya mereka sedikit cekcok karena Rizwan yang menjadi awal dari permasalahan. bagaimana nasib Hilma sekarang? Itu bukan urusan Hasbi sebagai senior di pondok.

Semuanya sudah memiliki tanggung jawab sendiri. Termasuk dirinya, harus membagi tugas untuk beberapa santri saat terlaksananya maulid Nabi nanti. Bukan hanya permasalahan barusan yang membuat Hasbi termenung lama, mengabaikan maaf Rizwan.

"Kamu pasti tidak lupa, Hasbi. Dia akan datang dengan kedua orang tuanya. Biasa ada makan malam bersama sebelum acara dimulai," terang Yusuf melalui sambungan telepon.

Siapa yang sedang ia pikirkan? Seseorang yang sudah lama menjadi rahasia antara keluarganya dan keluarga gadis di sana. Sebuah perjodohan. Makanya Umi Fitri sangat sigap dalam hal kisah percintaan Hasbi. Ia takut sang calon dilupakan, padahal sudah sejak dini tahu bagaimana sikap dan keturunannya.

"Masih marah, Bi? Nanti, deh, saya cari cara biar Umi gak ngasih hukuman apa pun buat kamu."

Bukan itu yang Hasbi takutkan. Jauh sebelum ia mengenal cinta, sosok santriwati yang diam-diam menyukai tiba-tiba hilang menyembunyikan diri. Hasbi tidak diam, dia mencari tahu penyebabnya. Waktu yang diharapkan pun tiba kedatangan gadis manis hanya terlihat bola mata cantiknya saja.

Dijah Putri Nabawiah. Nama gadis bercadar yang memiliki suara merdu dan dinobatkan menjadi Qiraah paling muda di usi lima belas tahunnya dulu. Saat pertama kali bertemu, Hasbi kira Dijah hanya bersilaturahmi dengan keluarganya, tetapi bisikan dari kakaknya membuat Hasbi berpikir keras.

"Nanti, dia jadi teman hidup kamu," ucap Yusuf menjawab kebingungan Hasbi.

Sekaranglah. Maulid Nabi digelar. Hanya Hilma yang tidak diberikan tugas apa pun. Ia sadar, mungkin karena sikapnya yang sangat tidak dapat disebut sebagai santriwati. Beruntungnya ketiga temannya selalu ada menyemangati. Semua orang mulai sibuk dengan busana yang akan mereka pakai untuk pentas.

Acara dimulai dari pagi hari, dengan sambutan meriah para santri. Selain maulid Nabi, beberapa santri memang senang merayakannya karena ada niat lain. Yaitu bisa mengenal lebih dekat dengan santri lain yang datang. bahkan ada yang sampai ke pelaminan karena dipertemukan berkenalan langsung tanpa hambatan seperti hari biasanya yang sangat ketat.

"Kalo emang udah serius, lelaki itu akan mendekati bukan hanya melontarkan gombalan beraktir di-ghosting doang!" ujar Intan.

"Karena kebanyakan santri itu mantap sama pandangan pertama, kecuali kalo yang kepandang itu udah punya calon terpaksa mereka mundur." Sekarang Zahra yang berucap.

Hilma mengangguk. "Beda lagi kalo buat para pewaris pesantren? Pasti mereka sudah memiliki calon yang menjanjikan masa depan?"

Ucapan Hilma barusan membuat Zahra memalingkan pandangan, menatap kemeriahan para santri yang sudah tampil di atas panggung. Benar apa kata Hilma. Pasti Ustaz Hasbi juga sudah memiliki calon yang Umi Fitri ataupun Kiai Hikam berikan. Lalu selama ini Zahra hanya sebagai santriwati saja?

Ustaz Pondok Kepergok Cinlok [COMPLETED ✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang