"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang kafir yang mengatakan kepada saudara-saudaranya apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau berperang, Sekiranya mereka tetap bersama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh. (Dengan perkataan) yang demikian itu, karena Allah hendak menimbulkan rasa penyesalan di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan, dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 156)
Menuruni anak tangga lagi, berjumpa dengan beberapa santriwati lainnya juga. Tentu saja mereka mempertanyakan keberadaan Hilma dan dengan senang hati, Intan selalu menjelaskan bahwa dia keluarga baru bagi mereka. Lorong menuju kamar mandi benar-benar tertutup, hanya lampu terang yang menemani karena begitu ketatnya larangan saling pandang dengan lawan jenis. Dipastikan hanya berada di depan masjid dan pintu masuk pondoklah, beberapa santri nakal akan bisa saling memandang.
Sepanjang jalan, Intan berjalan paling depan, dilanjut oleh Rahma lalu Zahra dan terakhir Hilma. Ia sengaja berjalan paling belakang, ingin melihat keadaan yang siap menjadi rumah baginya. Terlihat bersih dan rapi, sampai menemukan beberapa bilik kamar mandi dan sebuah bak air memanjang. Hilma menutup kedua matanya, nampak jelas para santriwati sedang mandi tanpa penghalang! Zahra yang tahu suasana baru bagi Hilma segera membalikkan badan, mulai menjelaskan bahwa mandi bersama sudah biasa.
Mustahil dengan jumlah santriwati mencapai ratusan, bisa memiliki satu kamar mandi pribadi. Bukankah manusia itu tidak semuanya sama? Kadang sangat lama mandinya, menimbulkan nafsu mencaci dan ghibah. Jadi, para santriwati lain memilih mandi bersama saja. Toh, mereka sama-sama seorang perempuan. Lagian lampu yang dipadamkan pula dapat menyembunyikan sebagian tubuh mereka.
Beruntungnya, kali ini ketiga teman Hilma mendapati kamar mandi yang kosong antrean. Mereka berempat tinggal menunggu pintu terbuka. "Nanti kalo udah selesai, kamu tinggal kembali ke kamar, ya?"
Hilma hanya mengangguk mendengar ucapan Zahra, tidak lama pintu terbuka satu per satu dan sialnya Hilma mendapat pintu yang terakhir dibuka, sedangkan teman barunya sudah terdengar mengguyur air ke tubuh masing-masing.
"Maaf lama, ya, Ukh?"
Wajah Hilma terlihat kebingungan akan panggilan seorang santriwati di depannya. "Eh, gak masalah," balasnya diakhiri senyum.
Santriwati bernama Sarah itu pamit pergi, sebelum melangkah maju ia berbalik menatap Hilma yang baru di pandangannya. Hingga seorang santriwati lain memberitahukan, bahwa Hilma adalah santriwati baru yang tadi sore datang.
"Oh, baiklah, nanti saya akan memperkenalkan diri," terang Sarah, baginya sangat tidak biasa mendapati seorang santriwati saat berhadapan atau berpapasan dengannya tanpa bersalaman.
Mengapa? Tentu saja Sarah adalah salah satu senior pengurus di pondok santriwati. Bisa dibilang ia adalah senior yang harus dihormati. Di dalam kamar mandi yang sederhana, Hilma dapat menatap jelas keadaan di sekelilingnya. Kembali bak mandi memanjang, ke kanan dan kiri, dapat ditebak bilik samping kanannya sedang membawa air.
Perlahan Hilma membuka kerudung dan helai baju lainnya. Menarik alat mandi yang baru dibeli, hingga ketukan pintu dari luar terdengar. Menandakan di antara keempat temannya sudah selesai mandi. Suara solawat dari pengeras masjid semakin terdengar jelas, mengingat Hilma dengan sifat bodoamatnya, dengan cepat memakai baju ganti.
Di lorong kamar mandi hanya ada beberapa santriwati sedang membenahi letak kerudungnya, di depan kaca besar memanjang. Senyum manis dibales cepat oleh Hilma lalu berjalan santai menuju lantai atas. Sampai di depan pintu kamar Khadijah 5 Hilma pun tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, segera masuk dengan tatapan terkejut ketiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustaz Pondok Kepergok Cinlok [COMPLETED ✔️]
Ficção AdolescentePINDAH KE DREAME Persahabatan yang terjalin tidak mampu membongkar rahasia kecil dari salah satu keempatnya. Karena terbungkus senyum kecil mempesona, irit bicara dan tidak peduli saat berpapasan dengan lawan jenis. Intinya menghindari pandangan, ta...