"Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."
(QS. Luqman 31: Ayat 19)
"Seperti biasa, Umi selalu mengutip dari beberapa Ustaz. Kali ini dari Ustaz Taufiqurrahman. Ngomongin orang atau kerap disebut ghibah atau juga menggosip. Masalahnya, apalagi sedang puasa Quran Surat ke 49 ayat 12 Intan, bisa dibacakan artinya?"
Intan menghirup udara panjang. "Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.
Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."
Zahra mengangguk lalu melanjutkan, "Dampaknya membuka aib sodara kita saat puasa itu apa? Niat pahala puasa kita hilang. Kalau kita ada di dalam lingkaran perkumpulan teman-teman yang sedang gibah, sekalipun kita hanya diam saja sama nilainya. Kecuali, Rahma bisa dilanjut?"
Rahma menjentikkan telunjuknya. "Kecuali kata Nabi, jika kamu melihat kemungkaran maka pertama yang kamu rubah. Beranilah menyampaikan, tapi ketika kita diam saja masih dalam perkumpulan tersebut itu sama saja."
"Sedangkan." Zahra kembali melanjutkan, "ketika kita menyampaikan omongan-omongan yang ada pada kebaikan teman kita, ini malah dianjurkan. Mengajak orang berbuat kebaikan walaupun bukan kita yang ngerjain, maka nilai pahalanya sama dengan yang mengerjakan.
Besok di Yaumal Qiyamah orang yang suka ngomongin aib daripada saudaranya. Apa kata Rasulullah? Itu kelompok orang-orang yang bangkrut, muflis. Sahabat ditanya, apa itu muflis? Sahabat menjawab, orang yang gak punya rumah, Ya Rasulullah, gak punya kendaraan gak punya perhiasan. Nabi jawab, bukan.
Muflis menurut aku, kata Rasulullah, Ya'ti Yaumal Qiyamah dia akan datang pada hari kiamat. Dizakatin dengan pahala zakatnya, disyaumin dengan pahala puasanya, ahli ibadah di dunianya. Zakatnya berani, salatnya rajin, puasa dan haji umrahnya rajin; tapi hilang semua pahalanya!
Puasa jalan terus begitu pula acara membeberkan aib saudaranya, bukan batal puasanya, tapi nilai puasanya yang hilang." Zahra mengembuskan napasnya panjang. "Rahma, pantun—"
"Pantunnya hafal!" potong Hilma diakhiri nyengir kuda, lalu mulai mengingat lagi pantun yang diucapkan Umi Fitri. "EKHM! Dari Cikarang lewat Kalimalang."
"Cakep ...!" Ketiga temannya menahan senyum.
"Gemar ngomongin orang pahala jadi hilang."
Serentak keempatnya berucap, "Nauzubillah!"
Perjanjian yang Hilma utarakan dalam hatinya, dalam sekejap mata benar-benar menghasilkan sikap nyata perubahannya. Ketiga temannya yang mendapati sikap berubah drastisnya itu. Dari yang biasa bangun pagi paling malas, diiringi gerutuan sebal mengingat pelajaran yang harus dipelajari semakin bertambah.
Bukan hanya pelajaran, kegiatan luar pesantren pula sering dilakukan. Seperti tadabur alam, berbagi makanan gratis. Zahra yang aktif dalam kegiatan luar semakin dipercaya oleh Umi Fitri. Semenjak nama Hilma yang terkenal karena dihukum, ia juga semakin dikenal santriwati yang berubah drastis dalam pelajaran. Soal menghafal dan mengulang bahasan pembimbing jangan diragukan.
"Mengucap salam yang selalu disingkat banyak orang, tanpa mereka sadari memiliki arti yang berbeda dari salam yang seharusnya diucapkan oleh umat muslim." Hilma melangkahkan kakinya, menatap santriwati yang kurang lebih berjumlah delapan ratus. "Apa saja yang sering terdengar dan bisa saja, kita pernah melakukannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustaz Pondok Kepergok Cinlok [COMPLETED ✔️]
Novela JuvenilPINDAH KE DREAME Persahabatan yang terjalin tidak mampu membongkar rahasia kecil dari salah satu keempatnya. Karena terbungkus senyum kecil mempesona, irit bicara dan tidak peduli saat berpapasan dengan lawan jenis. Intinya menghindari pandangan, ta...