• Rom II

655 69 20
                                    

"Astaga, ganteng-ganteng banget! Kapan ya gue bisa ketemu sama mereka?" Lalu mematikan hapenya merasa cukup puas bermain hape.

"Tahun depan," jawab Ying asal.

Yaya cemberut, "lo dukung gue gitu kek, bilang bulan depan buat nyenengin gue. Eh ini malah bikin gue sedih, nggak punya simpati lo!"

"Gue punya simpati, di hape gue nih."

"Gue nggak denger, lo ngomong apa ya?" Berlagak seperti orang yang meminta pengulangan ucapan lawan bicaranya.

"Gue doain tuli, baru tau rasa lo."

"Kan Tuhan nggak pernah mengabulkan doa-doa lo." Ying menggembungkan pipinya kesal.

Yaya itu pintar sekali membalas ucapan orang lain.

"Anyway, ayo ke kelas."

Ying berdiri disusul dengan Yaya. Mereka berdua berjalan bersama menuju kelas dari perpustakaan. Tapi di tengah perjalanan, sebuah insiden membuat Yaya terjatuh.

Duk!

Yaya jatuh terduduk, hape yang ia pegang terlempar ke bawah. Bawah lantai 1 maksudnya:). Alhasil, Yaya tidak memperdulikan rasa sakit di bokong nya. Dia malah memperdulikan hapenya yang sudah rusak total.

Dengan cepat, Yaya berdiri, ia menatap hapenya dengan sedih(?) Ya entahlah, author juga nggak tau mau deskripsi wajah Yaya bagaimana.

"Hape gue! Yah, hape gue jatuh." Tidak ada tangisan maupun rasa sedih.

Karena itu udah biasa bagi Yaya, adegan hape jatuh sampai rusak total. Bahkan Yaya sudah menghabiskan lebih dari tiga puluh hape.

Orkay, udahlah, jangan ditanya lagi.

"Hape lo rusak, nggak ada rasa sedih gitu?" Tanya Halilintar, orang yang ditabrak Yaya.

Ying hanya menyimak, begitupun dengan kembaran, Fang, dan Gopal.

"Nggak ada, bodo lah, nanti minta sama Papa. Ayo Ying, kita pergi." Menarik tangan Ying untuk pergi.

Dan sebelum Yaya pergi jauh darinya, Halilintar menggenggam tangan Yaya. Jantung Yaya tiba-tiba berdetak kencang. Berniat ingin menjauhi Halilintar, tapi malah tidak bisa.

"Gue gantiin, habis sepulang sekolah, tunggu gue di parkiran."

"Nggak usah semuanya Hali, gue butuhnya hape doang!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak usah semuanya Hali, gue butuhnya hape doang!"

Kali ini Halilintar keras kepala. Jika Halilintar sudah keras kepala, dia tak akan mendengarkan siapapun termasuk Yaya sendiri.

"Lo borong atau beli sih?"

"Beli, nggak ada istilah borong dalam belanja."

"Ada kali ya! Sudahlah, pokoknya gue mau hape doang! Jangan yang lain!"

Tapi, kalian tau Halilintar itu tidak mau mendengarkan Yaya. Maka Halilintar tetap memesan apa yang ia pesan dari awal datang.

"Jadi beli yang 12 Pro Max yang 512Gb warna silver, habis itu iPad yang 12,9 inchi yang 1Tb warna silver, MacBook Pro 16 inchi yang 1Tb warna silver, iWatch series 6 yang 40mm warna gold, Airpods Pro, Casing hapenya yang clear, Apple Pencil gen 2, Magic Keyboard 12,9 inchi, Tempered Glass jangan lupa mbak, lalu MagSafe gen 2."

Ok, ini masih disebut beli ya sama Halilintar. Kalau sama kalian ini disebut borong atau beli?

Yaya memutar matanya jengah. Sudah capek ia bilang ke Halilintar bahwa ia tak butuh semuanya kecuali hape. Yaya itu udah punya semuanya, bahkan ada yang tak terpakai karena banyaknya.

"Ah siap Mas, iPad nya mau yang seluler atau yang biasa?" Tanya mbak si pengurus pembelian Halilintar, tangan si mbak sibuk menulis pesanan Halilintar.

"Seluler mbak, yang cepet ya mbak, pacar saya udah nggak sabar."

Yaya langsung mendelik tajam Halilintar. Masalahnya, bagaimana jika si mbak-mbak pengurus itu memikirkan bahwa Yaya matre?

Padahal mah aslinya kekayaan Yaya juga sama seperti kekayaan milik keluarga si kembar.

"Lo apa-apaan sih?! Kalau mbak itu mikir gue matre gimana? Dan satu lagi, gue bukan P A C A R, pacar Lo! Kita udah mantan," Yaya berucap setelah memastikan mbak-mbak nya pergi jauh untuk mengurus pesanan Halilintar.

"Lo aja kali mikirnya kejauhan. Dan lo aja yang anggap mantan, gue nggak."

Lalu Halilintar berkeliling sekedar melihat-lihat dan untuk menunggu pesanannya. Sedangkan Yaya hanya mengekor di belakang Halilintar. Wajah Yaya merengut tak suka dengan kejadian tadi.

Tetapi ingat satu hal, di dalam hati Yaya, dia sedang tersenyum-senyum sendiri.

Sampai pesanan Halilintar selesai diurus, Halilintar pun membayarnya menggunakan kartu kredit. Jangan tanya atau kepo dengan total harga semuanya.

Mahal cuy, habis author hitung:).

Menghabiskan ratusan juta.

Tapi bagi Halilintar itu masih biasa saja. Dia saja pernah borong barang merk Louis Vuitton dan Chanel untuk Yaya sewaktu masih pacaran. Dan itu menghabiskan hampir satu miliar.

Gila, author jadi pengen punya mantan(?) kek Halilintar.

Gila, author jadi pengen punya mantan(?) kek Halilintar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

S

alam hangat
2 Juni 2021

M ᴀ N ᴛ A ɴTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang