Bentar banget, mau promosi.
Btw, jangan terlalu dihayati membaca prolog nya. Ntar jadi kebawa suasana, wkwk😂
•-•
Brak!
"Lu mau tau sesuatu nggak Ya?!"
Tangan ku seketika berhenti. Aku menatap Ying dari atas ke bawah. Datang tanpa sapaan atau apa, ini malah datang dengan teriak sambil gebrak meja. Bisa gitu kan jangan gebrak meja, ya emang aku nggak kaget sih, tapi—
Anak-anak kan jadinya pada noleh ke mejaku semua.
"Ck, apaan?"
Melanjutkan memotong kuku. Kalau ntar nggak dipotong, bisa dimarahi guru. Dan bisa-bisa nanti yang motong kuku, guru BK. Guru BK kalau yang motong tuhhh, nggak lihat-lihat dulu, langsung potong gitu.
"Kita kedatangan anak baruu," ha? Gimana?
Anak baru? Wait, wait, anak baru? Perasaan baru saja ada anak baru, nih sekolah suka banget terima anak baru.
Omongan Ying mendapat banyak respon dari anak-anak. Aku menghela nafas saat anak-anak mulai mengerubungi mejaku. Aku benci rame-rame.
"Cowok atau cewek Ying anak barunya?" tanya Mitha.
"Hooh, kalau cowok ganteng nggak?" tanya Mina.
Dan lainnya.
"Cowok sih," jawab Ying.
Dan itu juga mengundang teriakan anak perempuan. Ingin teriak gitu, sebel tau dengar teriakan dari kanan dan kiri. Pulang-pulang kayaknya harus coba tes pendengaran. Takut aku tuli mendadak, kan nggak lucu gitu.
"Aaa! Akhirnya gebetan baru lagi selain Halilintar!" seru Luna.
Oi! Gue masih dengerin nih!
"Ada apa ini?" yang awalnya rame pada diem.
Hayo loo, pada nggak bisa ngomong kan.
"Ng—nggak, kita tadi cuma lagi bicarakan anak baru." Jawab Ying gugup.
"Oh."
Ah, masa dia nggak dengar seruan Luna sih? Ngomong sesuatu gitu kek biar aku nggak cemburu. Eh bentar, kenapa aku cemburu?
Kring.. kring..
Anak-anak yang tadi berkumpul, bubar pergi ke meja masing-masing. Ku masukkan potongan kuku ke dalam tas. Selesai memasukkan, aku tertarik untuk menghadap ke depan— lebih tepatnya ke Halilintar.
Dan aku menyesal tertarik menghadap ke depan.
Lihatlah dia! Dengan pede dia tersenyum manis padaku. Astaga, sangat menyesal sekali. Cepat-cepat aku berbalik badan menghadap ke semula.
"Gila," gumamku.
Guru wali kelas masuk dengan wajah senangnya. Udah tau alasannya, pasti anak baru itu. Huh, seneng amat sih sama anak baru. Anak lama yang disini aja nggak pernah diurus.
"Selamat pagi murid-murid kebenaran!" sapa Papa Zola, itu namanya.
Nggak sih, anak-anak pada manggilnya papa kebenaran atau Cikgu Papa.
"Pagi, Cikgu Papa." Semuanya menjawab dengan serempak.
"Hari ini kita kedatangan murid baru," anak yang gender perempuan langsung berteriak kecuali aku dan Ying.
Seketika kelas menjadi pasar.
"Bisakah kalian diam sebentar?" langsung diam semua.
"Baiklah jika kelas sepi lagi, mari kita sambut anak barunya."
Lalu Cikgu Papa memanggil si anak baru itu. Aku yang sudah bosan dengan anak baru lebih enak melihat ke luar jendela. Udah enak pemandangannya daripada di depan. Pemandangan di depan membosankan.
Tap tap tap
"Silahkan perkenalkan namamu,"
Karena mungkin kelas sepi, terdengar sekali helaan nafasnya.
"Namaku.."
Ini anak barunya kenapa kek ngegantung perkenalannya?
Penasaran, aku mulai menghadap ke depan lagi. Alangkah terkejutnya saat tau siapa anak baru itu. Dia.. dia.. dia orangnya, berada di masa laluku, mengejar ku dan memberikan harapan tinggi lalu menjatuhkannya.
Itu..
"Arvin Alfred Rahaditya Ezra."
Ya, itu namanya.
Aku benci mendengar namanya. Kenapa dia harus muncul lagi? Sekian 5 tahun dia tidak ada dan pergi, kenapa harus sekarang muncul? Disaat hatiku yang masih terombang-ambing karena nama Halilintar, kenapa harus ada dia?
"Panggil dengan nama Arvin," lanjutnya dengan mengedipkan matanya.
"AAAA! ARVIN GANTENG BANGET!"
"ARVIN! MINTA NOMOR TELFONNYA DONG!"
"VIN! MAU NGGAK JADI PACARKU?!"
"ARVIN! KAMU ASALNYA DARIMANA?!"
Arvin malah tersenyum manis. Dan itu tambah mengundang teriakan para perempuan.
"Aku berasal dari Jepang, tapi blasteran Malaysia dan Indonesia." Lalu dia tersenyum manis, dan aku rasa senyuman itu mengarah padaku? Mungkin..
Ya persis dengan di belakang gue. Apa-apa waktu gue noleh, senyam-senyum.
"Ayahku orang Malaysia, dan ibuku orang Indonesia. Tapi, 5 tahun ini aku tinggal di Jepang, disuruh ayahku."
Sengaja banget ditekan kata 5 tahunnya.
"Oke, mungkin cukup sampai sini saja. Arvin, kau boleh duduk di depan Yaya."
Bentar! Kenapa aku?!
"Ah baiklah Cikgu,"
— Halilintar side —
Anak baru ini bisa jadi ancaman. Dia bisa menjadi hambatan untukku, aku bisa merasakannya. Dilihat dari tatapan saat perkenalan, dia terus tertuju pada Yaya.
Bahkan saat dia ingin duduk, dia tersenyum dulu pada Yaya. Aku sadar, Yaya seperti tak suka kehadiran Arvin. Aku jadi penasaran, apa hubungan Yaya dan Arvin? Apakah mereka dulunya teman masa lalu?
"Gue harus cari tau."
Salam hangat,
13 Juni 2k21
KAMU SEDANG MEMBACA
M ᴀ N ᴛ A ɴ
Teen Fiction[ Series HaliYa ] Gimana perasaan kamu saat sudah menjadi mantan tetapi mantan kamu masih mengejarmu? Sedih, kecewa, marah, dan.. senang? Itu yang dirasakan Yaya. - tak semua orang bisa menerima dan memaafkan kesalahan orang lain. Itu yang dipegang...