Kembali ke peristiwa dua puluh tahun lalu dari versi Wen Kexing
💖 Happy Reading 💖
Rasa sakit tidak juga memudar. Hanya teralihkan. Sedikit tambahan rasa sakit lagi, mungkin lebih.
Menyayat, menghancurkan, meluluhlantakkan raga yang sudah terluka. Di sisi lain, satu raga tidak terluka tetapi sudah siap melepaskan jiwa.
Air mata tak berhenti mengalir mengiringi kehangatan dan kenikmatan yang meluap-luap.
Lengan keduanya saling memeluk tubuh satu sama lain. Alam liar dan deru sungai menjadi saksi, dan rembulan yang mengintip dari balik gumpalan awan, terseret ke langit barat kala fajar pertama tiba.
Sakit pun__
Menderita pun__
Tidak apa-apa.
Asal kau dan aku bisa bersama selamanya.
Setelah semua gairah dan cinta yang tertahan selama ini menuntaskan desah lirih terakhir. Keduanya berbaring lemas, berpelukan. Tidak terpisahkan.
Angin berhembus menerbangkan serpihan bunga liar dari satu sisi sungai, berputar melayang di atas kepala mereka.
Sindiran serpih ilalang, pekik burung hutan di kejauhan, terabaikan oleh keduanya yang telah terhanyut arus kesedihan dan kebahagiaan yang menghantam secara bersamaan.
Air, air dalam pelukannya menjadi hangat..
Wen Kexing memenuhi hati dengan bisikan.
Ah Xu, kenapa tubuhmu tidak berubah menjadi air.
Wen Kexing berjuang membuka kelopak mata yang semakin berat. Lambat, tapi akhirnya terangkat juga. Dia menatap ke langit kelabu di atas sana.
Awan kelabu tipis mengalir seiring hembusan angin, bulan purnama bergeser dari puncaknya, menyelinap ke balik pucuk pepohonan.
Iris hitam yang telah kehilangan sinar kehidupan, kini terbelalak lebar. Terdesak rasa penasaran sekaligus takjub.
Apakah__
Apakah sudah menginjak hari ke seratus?
Apakah hanya lewat beberapa menit saja?
Tetapi walau hanya beberapa menit, bukankah itu berarti sesuatu?
Gemetar, pandangannya turun menelusuri wajah dan tubuh Ah Xu.
Pemuda itu terbaring damai dalam pelukannya. Kelopak mata yang diberkati bulu mata panjang dan lebat menutup sempurna. Tetapi ada aliran nafas samar, menghembus hangat di bahunya yang telanjang.
Pemuda ini masih hidup. Dia tidak berubah menjadi air. Yang terbaring di sisinya masih Ah Xu.
Pengantinnya yang cantik. Yang terbuat dari mayat, kini telah menjadi manusia sempurna.
Manik matanya seolah mengabur. Mengerjap-ngerjap, khawatir dia kini tengah bermimpi. Tetapi tiap kali Wen Kexing melebarkan mata, pemandangan yang sama menyambutnya. Langit keabuan disepuh merah fajar merekah di timur sana.
Berapa lama berlalu sejak terakhir kali dia terlelap dengan Ah Xu dalam pelukannya. Dirasakannya angin sejuk menyapu separuh tubuh yang telanjang. Sementara tetes embun di pucuk rerumputan menebarkan aroma pagi yang khas dan murni.
Ini tidak mungkin!
Ini terlalu indah untuk jadi kenyataan.
Meski nyaris sekarat, tetapi mengetahui Ah Xu masih hidup dan sempurna, semangat Wen Kexing menyala, berpijar, bagaikan kembang api dalam perayaan festival.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride At Suzaku Gate (Word of Honor)
ФанфикSatu malam bertepatan dengan Festival Hantu, Wen Kexing, seorang pemuda tampan yang ahli berjudi ditantang oleh seorang kakek misterius untuk bertaruh dalam perjudian. Kakek misterius itu, yang ternyata adalah jelmaan setan, berjanji akan memberik...