Gumpalan awan keperakan berarak di siang hari musim semi. Udara begitu tenang, bahkan dedaunan pun tidak bergeming.
Cheng Ling merasa sedang berada dalam kamar nuansa merah yang diterangi cahaya lentera. Bayangan dua sosok begitu kabur di belakang kepalanya yang pusing. Perlahan dia melihat dua orang itu menurun kan helai helai jubah panjang nya.
Cheng Ling membelalak panik.
Astaga! Aku harus merangkak ke bawah tempat tidur atau aku akan pingsan karena malu.
"Jangan... " suaranya mendesak, setengah memohon.
"Jangan buka pakaian kalian..!"
Tangannya terulur ke depan, kakinya goyah. Dan..
Bughh!
"Aduhh!!"
"Astaga Cheng Ling!"
Ah Xu menghambur ke arah tempat tidur mendengar bunyi gedebuk. Tubuh Cheng Ling tergeletak melingkar di kaki ranjang, kemudian anak malang itu bangkit perlahan, ia memijat mijat kepalanya yang semakin berdenyut-denyut membentur lantai.
Ah Xu membantu anak itu bangun dan mendudukannya di tepi ranjang perlahan-lahan.
"Ada yang jatuh?" suara Wen Kexing mendekat, menyembulkan kepala dari balik pintu.
"Aku, paman.. " Cheng Ling menjawab masih agak malu.
"Kau mimpi buruk? Bagaimana kepalamu sekarang?" Ah Xu bertanya, menyentuhkan jemarinya di pelipis Cheng Ling.
Sesaat anak itu memandang Ah Xu dengan aneh, mengamati pakaiannya.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" selidik Ah Xu.
"Emm, itu -- aku," Cheng Ling mengatupkan bibirnya, agak canggung.
"Lupakan apa yang sudah kau lihat!" Wen Kexing melangkah masuk ke dalam kamar.
"Tapi -- tapi aku melihatnya di dalam mimpi," setelah mengatakan itu, Cheng Ling menutup mulut.
"........?!?........"
"Maksudmu?" Wen Kexing mengernyit.
"Kau mimpi cabul?"Mendengar kata yang begitu vulgar, wajah Cheng Ling memerah. Dia hanya mengeluarkan kata hmm- yang singkat.
"Lihatlah Lao Wen! Anak ini semakin mirip dirimu," Ah Xu berkata tegas.
Wen Kexing mengangkat bahu, tersenyum miring.
"Bagus sekali bukan? Setiap bagian dari diriku layak diwarisi."
"Layak? Aku takut dia akan gila sepertimu."
"Astaga, Ah Xu. Harusnya kalian bangga padaku. Aku pria yang memiliki prinsip. Kau tidak tahu betapa sulitnya menjalani hidup dengan bertahan pada prinsip yang kita pegang."
Ah Xu mendecih.
"Prinsip gila!"
"Ayolah Ah Xu, akui saja kalau suamimu layak dipuji."
"Prinsip cabul!"
".....?!@#@!...."
Perdebatan kedua pamannya yang seolah menjadi rutinitas membuat kepala Cheng Ling semakin berdenyut sakit. Dia mengerang pelan, menangkupkan kedua tangan di depan dada.
"Hentikan paman. Kumohon jangan bertengkar di depanku."
Ah Xu menoleh pada Wen Kexing dan berkata tajam, "Kau dengar itu Lao Wen?"
"Oh ya, jangan pula membuka pakaian kalian di depanku.." Cheng Ling kembali memohon.
Wen Kexing tertawa riang, dia balas melirik Ah Xu dengan manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride At Suzaku Gate (Word of Honor)
FanfictionSatu malam bertepatan dengan Festival Hantu, Wen Kexing, seorang pemuda tampan yang ahli berjudi ditantang oleh seorang kakek misterius untuk bertaruh dalam perjudian. Kakek misterius itu, yang ternyata adalah jelmaan setan, berjanji akan memberik...