13. Perjanjian

12.1K 472 35
                                    

Sepulang dari mengunjungi beberapa pantai dan mengisi perut. Yusuf dan Mario membersihkan diri, tak ada mandi bersama di sore menjelang maghrib ini. Tapi setelah adzan berkumandang, sepasang kekasih itu kembali mengayuh bahtera cinta dalam desahan yang menggema hingga puncak kenikmatan mereka raih bersama dan tertidur dalam pelukan yang saling menghangatkan.

Yusuf terbangun, melihat jam dinding menunjukkan pukul 10 malam. Penis Yusuf kembali mengeras karena memeluk Mario dari belakang. Yusuf menggoncang Mario lagi. Berlayar pada kenikmatan yang meluluh lantahkan akal sehat, mereka fokus saling membalas gerakan-gerakan erotis dengan pagutan bibir yang tak kunjung habis. Mario telah dua kali berteriak mengakhiri peraduan pedang di atas ranjang. Tapi Yusuf tak kunjung menyusul, pedangnya masih kokoh terhujam pada liang senggama yang menyalurkan kenikmatan tiada tara. Yusuf benar-benar sudah menggilainya, tak ada lagi belahan vagina di otaknya, cinta Yusuf hanya bertuliskan nama Mario, begitu juga dengan otak kotor Yusuf, hanya bayang tubuh dan bokong Mario saja yang ada di dalam pikirannya.

"Mas, jangan ditahan! aku capek" lirih Mario.

Yusuf tak menghentikan gerakannya, ia terus memompa anus Mario dengan kecepatan penuh, tapi tak ada tanda-tanda apapun dari penis Yusuf, tak ada denyutan kencang yang Yusuf rasakan, padahal penisnya sudah memanas karena terus-menerus menggesek anus Mario. Yusuf kesal dengan dirinya sendiri, ia tak mengerti kenapa tak kunjung klimaks, padahal Yusuf sudah menginginkan sampai pada titik kepuasan. Yusuf tak tega melihat Mario yang sudah lunglai tak bertenaga. Keringat mengucur semakin deras dari tubuh Yusuf dan Mario. Tapi ini kenikmatan yang tiada tandingannya, Yusuf tak merelakan penisnya harus lepas dari anus Mario.

"Aghh ... maafin mas" ujar Yusuf.

"Uggh ... mas, sakit!" jawab Mario memejamkan mata.

Yusuf mencabut penisnya, ia tak mau membuat kekasihnya tersiksa. Yusuf beranjak meninggalkan Mario, mengambil handuk untuk mengelap keringatnya dan juga keringat Mario. Tak lupa Yusuf mengelap sperma yang membasahi perut Mario.

"Mas kan belum tuntas, ayo lanjutin aja!" ujar Mario tapi wajahnya meringis menahan sakit, mana tega Yusuf melihat laki-laki yang ia cintai sakit seperti ini.

Yusuf membelai wajah Mario, mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir dan juga kening Mario, Yusuf berkata dengan penuh cinta, "nggak apa-apa, mungkin karena udah sempet keluar jadi susah keluarnya, apa mungkin isinya habis, kayaknya mas mesti isi ulangm"

Perkataan Yusuf membuat Mario tertawa pelan, ia mencium wajah Yusuf, "kamu kayak kuda, nggak ada capeknya."

"Mas nggak kuat kalo liat kamu, bawaannya pengen mulu, mas minta maaf ya" ujar Yusuf mengakui bahwa Yusuf tidak bisa menahan hasrat untuk tidak menyentuh Mario sedikit saja.

"Kenapa mas minta maaf?" tanya Mario merubah posisi menyamping, ia menarik tangan Yusuf untuk memeluk tubuh Mario dari belakang.

"Mas cuma takut, nanti kamu mikirnya mas macarin kamu biar dapetin yang kayak gini tiap hari" jawab Yusuf mengutarakan kegundahannya.

Mario berbalik menghadap Yusuf, mendaratkan sebuah kecupan lagi dan membelai rahang Yusuf, "aku nggak berpikiran ke arah sana, karena Aku yakin, amu ngelakuinnya pake cinta dan hati kamu mas."

"I love you" bisik Yusuf. "kamu tidur aja, besok kan kita pergi lagi, mas ngerokok dulu ya" ucap Yusuf kembali mengecup kening Mario.

Yusuf menutupi tubuh telanjang Mario dengan selimut. Lalu mematikan musik yang ia nyalakan berulang-ulang dengan lagu kesukaan Mario. Yusuf melirik jam di ponselnya, jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, Yusuf mengambil rokok yang ada di tas kecil miliknya, kemudian menuju balkon untuk menikmati hisapan demi hisapan nikotin yang Yusuf pegang. Yusuf menatap langit malam, langit masih saja cerah dengan rembulan yang membentuk bulatan sempurna, tepat diatas kepala Yusuf.

Bokong Yang Kusuka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang