19. Last

7.2K 387 67
                                    

Yusuf dan Mario sudah tiba di rumah Martha. Coffeshop milik Martha sedang tutup. Setelah memarkirkan mobilnya, Yusuf dan Mario menarik nafas, saling memandang dan bersamaan menghembuskan nafas mereka. Di dalam hati Yusuf berdoa agar tuhan membantu dirinya sekali ini saja, walau entah pantas atau tidak untuk Yusuf meminta dalam kasus yang seperti ini. Kedatangan mereka disambut ramah oleh Martha yang sudah mengenal Yusuf, dan dipersilahkan duduk di ruang tamu. Di ruang tamu sudah ada orang tua Mario yang sedang bermain dengan cucu kesayangan mereka, yang tak lain adalah anak Martha. Tak berselang lama, suami Martha yang mengenalkan diri dengan nama Hadi, ikut bergabung bersama mereka. Obrolan mereka tampak hangat, keluarga Mario menyambut dengan baik kedatangan Yusuf, apalagi saat tahu Yusuf adalah teman satu apartement Mario. Mereka sudah berbincang-bincang banyak, entah apa yang diperbincangkan, tiba-tiba obrolan mereka menjurus pada pernikahan.

"Jadi kamu belum nikah, Suf?" tanya Papa yang terlihat masih gagah walau kerutan di wajah tak bisa disembunyikan

"Iya om, belum" jawab Yusuf malu-malu.

"Jangan lama-lama!, kalo kelamaan keburu tua, kasian anaknya nanti kalo orang tuanya udah jompo sedangkan anaknya masih kecil-kecil" Papa menasehati.

"Iya om, makanya saya kesini mau bicara tentang pernikahan" ujar Yusuf dengan tekadnya yang sudah bulat.

"Maksud kamu...?" tanya Papa tak mengerti, begitu juga yang lain.

Yusuf melirik Mario sejenak, Mario mengenggam tangan Yusuf di depan semua keluarganya, Yusuf ingin mengutarakan semuanya, namun Mario lebih dulu memotong ucapan Yusuf, dengan maksud agar Mario saja yang mengatakannya.

"Pa, Ma," Mario menatap satu persatu keluarganya yang memasang ekspresi wajah kebingungan, "Rio ... gay, dan ... Mas Yusuf p--pacar Rio," Rio menjelaskan dengan terbata-bata.

"Maafin Rio..., tapi ini pilihan Rio, Rio cinta sama Mas Yusuf, Rio mau nikah sama Mas Yusuf." Mario menambahkan.

"Kamu mau nikah sama Yusuf!!, kamu udah gilaa! kamu sadar nggak dengan ucapan kamu barusan!?" Mama berteriak angkat bicara.

Martha dan Hadi hanya bisa diam, tak mengucapkan sepatah katapun, Martha kemudian pergi membawa anaknya untuk menghindari percakapan orang dewasa.

"Rio sadar ma, selama ini...," Mario mulai terisak dalam tangisnya, "selama ini Rio nyembunyiin jati diri Rio yang sebenarnya. Rio gay, Rio homo, Rio nggak suka sama perempuan, Rio sukanya laki-laki, dan laki-laki itu yang saat ini ada didepan Papa sama Mama."

"Nggak!! nggak boleh, ini udah gila, kamu tahu itu adalah dosa, walau sekalipun kamu perempuan, Mama nggak akan ngijinin kamu nikah SAMA ORANG YANG TIDAK SEIMAN!" Mama mulai berteriak histeris. "APA SALAH MAMA? KENAPA TUHAN HUKUM MAMA SEBERAT INI!?."

Tangis Mama tumpah, kehangatan yang tadi terjalin berubah menyeramkan dalam sekejap. Mama menatap Yusuf nanar, sorot kemarahan dan kebencian tampak jelas dimatanya.

"INI PASTI ULAH KAMU SUF?, ORANG DENGAN AGAMA SEPERTI KALIAN ITU MEMANG SELALU BIKIN ONAR, BIKIN ULAH, KAMU YANG BIKIN ANAK SAYA GILA!!" Mama membentak Yusuf dalam tangisnya.

"Mas Yusuf nggak salah Ma, bukan Mas Yusuf penyebabnya. Rio udah sadar Rio berbeda sejak Rio masih kecil, jangan salahin Mas Yusuf!" Mario melakukan pembelaan.

"Om, tante, mungkin ini salah bagi kalian, tapi kami saling mencintai. Saya mohon, percayakan Mario kepada saya. Saya akan menjaganya, mencintainya dan membahagiakan Rio sepenuh hati saya. Saya mohon!, biarkan kami menikah." Yusuf angkat bicara.

"CUKUP!!!, jangan sembunyi dibalik kata cinta. Itu bukan cinta, itu dosa terkutuk, itu bisikan setan. Baik agama kamu maupun agama kami, tidak ada yang membenarkan itu Suf!!. Kalian Itu sakit!!, Kalian harus bertobat!!" maki Mama dalam tangisnya, kemudian Mama menatap Mario, "kamu harus bertobat Rio, ini akibatnya karena kamu jauh dari tuhan, nggak pernah ibadah, kamu harus minta ampun dan berubah."

Bokong Yang Kusuka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang