14. Bucin

13.1K 525 44
                                    

Yusuf dan Mario tiba di resort tepat pukul 7 malam. Sejak kepulangan mereka dari Pulau Lengkuas, mereka hanya membisu di dalam mobil. Tak ada percakapan, tak ada yang memulai. Yusuf sengaja mengelabui Mario, sebaliknya Mario menahan kekesalannya. Mario ingin Yusuf yang memulai, namun karena Yusuf tetap bungkam, Mario ikut bungkam. Mario turun dengan kasar membanting pintu mobil. Yusuf hanya tersenyum lucu di belakang Mario. Yusuf berhenti sebentar di meja resepsionis dan membayar semua tagihan yang Yusuf pesan melalui telepon, lalu mengejar Mario yang sudah meninggalkannya menuju resort.

Saat membuka pintu kamar, Mario terkejut, wajahnya penuh gurat tanda tanya. Lampu kamar mereka sengaja dimatikan, ada meja kecil di dalam tenda yang berbentuk segitiga dengan dihiasi bola-bola lampu yang melilit di tenda itu. Suasananya tak terlalu berlebihan karena waktu yang Yusuf berikan sangat mepet. Namun raut wajah Mario yang berseri, sudah cukup mengutarakan jika Mario bahagia dengan apa yang ia lihat malam ini.

Mario langsung memeluk Yusuf erat, membenamkan wajah di dada Yusuf guna menyembunyikan semburat rona merah muda yang ada di wajahnya, tak ada yang Mario katakan lagi selain satu kalimat yang menyuarakan apa yang dirasakan Mario saat ini, "mas, aku...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mario langsung memeluk Yusuf erat, membenamkan wajah di dada Yusuf guna menyembunyikan semburat rona merah muda yang ada di wajahnya, tak ada yang Mario katakan lagi selain satu kalimat yang menyuarakan apa yang dirasakan Mario saat ini, "mas, aku cinta sama kamu."

Itulah yang berulang kali Mario katakan, tak ada kata lain yang teruntai dari bibir seorang Mario selain mengulang kata cinta yang tak ada sedikitpun rasa jemu untuk mengatakannya berkali-kali.

Yusuf membalas pelukan Mario lebih erat, tangannya dengan hangat membelai rambut halus kekasih yang sangat ia cintai, setelah mendaratkan kecupan di rambut Mario, barulah Yusuf mengutarakan isi hati serta alasannya bungkam, "maafin mas ya, mas udah bikin kamu ngambek, mas juga diemin kamu. Sekarang, apapun mau kamu, mas akan turutin, asal jangan nyuruh mas megang cicak, mas bukan takut tapi geli."

"Kenapa jadi ke cicak sih!" Mario menarik kepala dan mengerucutkan bibirnya, "kamu nggak bisa serius dikit, lagi romantis juga!"

"Abisnya cicak itu aneh, masa tititnya putus bisa numbuh lagi." timpal Yusuf merusak suasana yang sedang romantis-romantisnya.

"Mas, itu ekor," Mario tersenyum dan meremas selangkangan Yusuf, "kalo ini ekor kamu, kita coba putusin ya, siapa tau numbuh lebih gede lagi."

"Emang kurang gede ya?, kalo ada waktu aku ke Mak Erot deh."

"Ishh ...," Mario mencubit hidung Yusuf dengan manja, "kamu mau bunuh aku pake ini, segini udah bikin aku teriak ngundang sekampung, kalo digedein lagi kamu mau aku teriak ngundang sekecamatan."

"Kalo bisa, kita bikin gempar satu dunia kan seru, ngewenya di belitung desahannya di ambon" timpal Yusuf dengan wajah sok polos yang membuat Mario memukul pelan lengan kekasihnya itu.

"Daripada kamu banyak omong, mending kita makan!" ajak Mario menarik Yusuf ke dalam tenda.

Malam indah itu mereka habiskan dengan saling tatap dalam senyum bahagia. Binar mata keduanya tak dapat membohongi cinta yang mereka rasakan. Sesekali bibir mereka saling menyapa dalam pagutan, saling mengantarkan suapan, saling menuangkan minuman dan berbagi bekas di gigitan gelas. Yusuf menyukai saat-saat seperti ini, bahkan suasana malam ini sangat tepat untuk melakukan pergoncangan yang mengencrotkan, namun Yusuf tak terpikir sama sekali untuk menjamah tubuh Mario, ia hanya ingin menikmati makan malam sambil terus berpandangan.

Bokong Yang Kusuka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang