“Thanks, ya, guys udah mau mampir ke rumah,” kata Mita saat mengantar teman-temannya yang akan pulang sampai ke teras depan rumah. “Gue seneng, deh. Suasana rumah jadi rame karena ada kalian. Eh, iya—” Tiba-tiba Mita terpikir sesuatu. “Gimana kalau klub belajar kita diadain di rumah gue aja?”
“Apa nggak ngerepotin?” timpal Manda.
“Ya enggaklah. Gimana?”
“Aku, sih, yes.” Keenan langsung memberi jawaban. Sementara yang lainnya masih terlihat ragu-ragu.
“Man, Fel?” Tatapan Mita langsung tertuju pada Fely dan Manda. Menatap penuh kepastian.
“Gue, sih, gimana suara terbanyak. Di mana aja asal bisa belajar.”
Fely lalu melanjutkan, “Gue setuju sama Manda. Tapi, yang penting tanyain dulu sama Ansel, dia bisa apa enggak.”
“Kalau soal Ansel tenang aja, biar gue yang handel,” timpal Mita begitu yakin sementara Fely lantas menanggapi dengan sedikit senyuman. “Terus lo Rey?”
Semua mata seketika langsung tertuju pada pemuda itu—yang tampak tidak menyangka jika dirinya akan menjadi sasaran pertanyaan juga.
“Gue?” Telunjuknya mengarah pada diri sendiri. Sontak Mita mengangguk. “Tanpa belajar pun gue udah pinter, kok.”
Untuk sesaat mereka tersentak, sampai kemudian Keenan tertawa mencairkan suasana menyebalkan dalam tanda kutip, yang membuat Fely menganga tidak habis pikir dengan level kesombongannya.
“Rey emang suka bercanda, haha.”
Percakapan mereka lantas teralihkan ketika sebuah motor metik datang melewati gerbang rumah Mita. Seorang cowok memakai hoodie abu-abu dan celana jin hitam berhenti tepat di depan garasi. Mereka baru menyadari ketika orang itu membuka helm yang dikenakan.
“Eh, Kak Gara!” Mita berseru, lalu mengalihkan tatapan pada Fely. “Lo minta dijemput Kak Gara?”
“Dia sendiri yang mau jemput,” jawab Fely seadanya. Setelah tahu jika adiknya itu belum pulang, Gara langsung mengirimi banyak pesan dan menelepon Fely. Ia merasa khawatir setelah kejadian tempo hari, dan berinisiatif untuk menjemputnya.
“Malem Kak Gara!” sapa Mita lagi, sedangkan yang lain hanya menyapa lewat senyuman saja.
“Malem juga,” balasnya agak singkat, lalu bertanya pada Fely. “Mau pulang sekarang?”
Fely mengangguk, tapi sebelum mereka benar-benar pergi, tiba-tiba saja Rey berkata, “Jadi lo kakaknya Fely?”
Gara yang tadi tidak terlalu memerhatikan pun langsung menoleh ke sumber suara. Dahinya mengernyit samar, memerhatikan cowok itu yang merasa asing baginya. Tidak jauh berbeda dengan yang lain, apalagi Fely yang bertanya-tanya kenapa Rey mengajukan pertanyaan tersebut.
“Iya. Kenapa?”
Pemuda itu mengangguk. Telapak tangan kanan yang tadi hanya bersarang di saku celana lantas terulur ke depan. “Gue mau minta maaf.”
Sontak saja semua bingung dengan maksud Rey. Terutama Gara yang merasa tidak tahu apa pun. Sampai kemudian apa yang dia ucapkan berhasil membuat suasana menjadi tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Kamu Bertemu di Bawah Langit 5:53
Genç KurguFely tidak pernah bermaksud untuk menyembunyikan fakta. Ia hanya ingin memulai kehidupan baru tanpa bayangan suram. Sehingga saat masa lalu itu kembali tanpa diundang, Fely merasa terancam. Ia tidak ingin semua orang tahu, terutama reputasi jelek te...