Yeri menutup telinganya rapat-rapat dengan kedua tangannya. Berusaha mengabaikan segala sumpah serapah yang dilontarkan kakak-kakaknya untuk satu sama lain.
Mereka saling menyalahkan karena tidak bisa membantu Lisa dan malah bangun di siang hari dengan keadaan kacau.
"Orang bodoh mana yang sok ngide beli soju dan berakhir hangover kayak gini?" Rosa menyeletuk sambil melirik Sonya yang ada di sebelahnya.
"Kok lo jadi nyalahin gue?"
"Kan emang salah lo," sahut Jihan. Penampilannya terlihat lebih kacau dari biasanya. Rambut hitamnya hanya diikat asal dan sebelah celananya tergulung sampai selutut.
Sonya menatap kakaknya tak percaya. "Jangan cuma gue dong yang disalahin. Jani juga ambil bagian besar sama kekacauan ini. Kan belinya pake handphone Jani."
"Pake punya gue, tapi yang transfer Kak Wanda kan?"
"Kan kalian yang..." Wanda memijat pelipisnya sebentar, berusaha meredakan emosinya. "Iya. Gue yang transfer, tapi yang minum kita berlima."
Timbul keheningan selama beberapa saat.
"Dasar bego. Kenapa lo minum itu?" Sonya menjambak rambutnya pelan.
"Lo emang bego. Makanya punya rambut jangan dijambak kayak gitu, nanti tambah bego," sahut Rosa.
Sonya yang kesal langsung mengarahkan kepalan tangannya tepat ke wajah adiknya, tapi sayangnya Rosa lebih dulu menghindar. Dan pukulan Sonya malah mengenai pipi kanan Jani.
"Mau berantem lagi?" Jani bertanya dengan nada rendah.
"Gak dulu."
Jihan tertawa pelan. "Dasar cewek gak jelas," bisiknya kepada Sonya yang bersembunyi di belakang punggungnya.
Diam-diam Yeri memperhatikan mereka dari atas sana. Ia duduk di pinggir tangga sambil memeluk kedua lututnya. Menyembunyikan wajahnya di sana sambil memikirkan Lisa.
Kalo aja ada Kakak, batin Yeri.
"Gue harap ini bisa jadi yang terakhir kali. Sekarang mendingan pada mandi dan makan siang. Nanti gue buatin sup penghilang pengar. Dan maaf karena gak bisa jaga kalian." Wanda menatap adik-adiknya satu persatu dengan penuh penyesalan.
"Kak, kita gak butuh sup. All we need is indomie rebus with bakso and cabai rawit. Kalo tambahin kerupuk sama ceker kayaknya enak." Jihan tersenyum kepada Wanda.
"Oke, nanti gue bikinin."
"Gue aja." Tiba-tiba Yeri datang dari arah tangga. Kedua lengan bajunya digulung sampai siku dan rambut hitamnya dicepol asal. Yeri siap memasak.
Jani tersenyum karena kelakuan adiknya. Ia tidak henti-hentinya menatap Yeri sampai yang ditatap merasa risih. "Lo kenapa ngelihatin gue sih, Kak?"
"Gue heran aja. Sejak kapan anak kecil ini suka main di dapur? Biasanya juga lo anti banget sama dapur," jawab Jani.
Sejak Kak Lisa suka main ke dapur.
Ingin sekali rasanya ia menjawab seperti itu. Tapi mengingat suasanya yang kurang mendukung, ia memilih untuk memberikan jawaban asal. Yeri tidak mau merusak mood mereka.
"Mau tau aja apa mau tau banget?"
"Mau bantuin lo masak mie," jawab Jani tak kalah asal.
"Gak usah. Lo bau alkohol. Mandi dulu," tegas Yeri.
Jani menekuk wajahnya setelah mendengar perkataan Yeri. Lalu ia mencium piyama hitam yang ia pakai dan benar saja, bau parfumnya berganti dengan bau alkohol yang ia minum semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga | Blackvelvet
RandomSLOW UPDATE "𝗙𝗮𝗺𝗶𝗹𝘆 𝗶𝘀𝗻'𝘁 𝗮𝗹𝘄𝗮𝘆𝘀 𝗯𝗹𝗼𝗼𝗱. 𝗜𝘁'𝘀 𝘁𝗵𝗲 𝗽𝗲𝗼𝗽𝗹𝗲 𝗶𝗻 𝘆𝗼𝘂𝗿 𝗹𝗶𝗳𝗲 𝘄𝗵𝗼 𝘄𝗮𝗻𝘁 𝘁𝗼 𝗶𝗻 𝘁𝗵𝗲𝗶𝗿𝘀." ©syfreak, 2020.