8

5.3K 579 29
                                    

15.30

"Lisa, lo ngapain mondar-mandir?" tanya Rosa penasaran.

Lisa terlihat gelisah dan kebingungan setelah membaca pesan yang ada di ponselnya.

"Gue harus gimana nih, Kak?" tanya Lisa.

Rosa tersenyum senang. Saat Lisa memanggilnya dengan sebutan 'kakak', artinya Lisa benar-benar butuh bantuannya. "Sini duduk dulu, biar enak ngomongnya."

Lisa segera duduk di samping Rosa. "Gue disuruh bantu bikin bukaan."

"Bagus dong. Kenapa lo malah jadi gelisah gini?" tanya Rosa.

"Lo kan tau sendiri gue habis ngeledekin Kak Arin. Ya ... walaupun secara gak langsung. Tapi tetep aja," keluh Lisa.

Rosa tertawa pelan. "Hahaha. Yang penting lo udah minta maaf."

Lisa mengangguk dan memeluk Rosa. "Makasih, Kak Ros."

Tiba-tiba ada suara-suara yang menginterupsi kegiatan mereka berdua.

"Wah! Ade ape tu?" tanya Jani.

"Kak Ros dan Upin bersatu rupenye," jawab Jihan.

"Tumben sangat die berdue tak ribut," kata Jani.

Jihan menasehati Jani. "Kau tak boleh lah macem tu. Bulan Ramadhan kan bulan baik. Kite orang mesti akur dengan saudare."

"Oh macem tu."

Gita menyerah. Ia tidak berani mendekati adik-adiknya karena perutnya sudah mulai sakit sejak melihat Rosa dan Lisa berpelukan. Ditambah lagi Jihan dan Jani yang sedang cosplay menjadi Ehsan dan Fizi.

Yang bisa Gita lakukan hanyalah memeluk Wanda yang sedang terlelap di sofa, sambil berharap ia akan segera berhenti tertawa.

"Hiks... Hiks..."

Namun, Gita kalah. Ia menangis lagi karena terlalu banyak tertawa. Adik-adik Gita yang tadi ia tertawakan mulai menertawai Gita yang sedang menangis.

Wanda pun akhirnya terbangun. Ia kaget setelah mendapati Gita sedang menangis sambil memeluknya. "Kak Git, lo kenapa?"

"HAHAHA!"

Bukannya membantu menenangkan Gita yang sedang menangis, Jihan, Jani, Rosa, dan Lisa malah mengencangkan suara tawa mereka.

Wanda pusing. Namun, tiba-tiba saja sebuah ide terlintas di kepalanya. Ia segera berdiri dan mengangkat tangannya ke atas. "MUSIK!"

Jani yang mengerti maksud Wanda, langsung menyalakan speaker yang ada di dekatnya.

"TU, WA, GA!"

"Izinkan aku untuk terakhir kalinya
Semalam saja bersamamu
Mengenang asmara kita..."

"Dan aku pun berharap
Semoga kita tak berpisah
Dan kau maafkan kesalahan
Yang pernah kubuat..."

Tangisan Gita tidak akan berhenti kalau saja Lisa tidak menarik tangannya untuk menati bersama.

Sudah hampir 30 menit mereka seperti ini. Bahkan Lisa melupakan tugasnya untuk membantu Arin di dapur. Ia terkejut saat melihat jam yang telah menunjukkan pukul 16.40.

Mampus gue, gerutunya dalam hati.

Lisa langsung memisahkan diri dari saudari-saudarinya dan segera bergegas ke dapur. Ia kira Arin sudah siap di dapur, tapi ternyata tidak. Lisa langsung kembali ke ruang keluarga dan ia melihat Arin sedang bernyanyi di atas sofa bersama si bungsu.

Keluarga | BlackvelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang