#8

84 15 10
                                    

Jibeom menjemput joochan dan menunggunya di ruang tamu selagi joochan bersiap-siap.

Jibeom meneliti setiap foto yang terpasang di dinding rumah kontrakan joochan. Banyak foto yang memperlihatkan kedekatan joochan dan Yeonhee. Dia merasa bahwa joochan benar-benar orang yang cocok untuk menjadi sahabat Yeonhee.

"Beom, aku udah siap. Yuk berangkat!"

Jibeom membukakan pintu mobilnya, mempersilahkan joochan masuk ke mobil. Joochan menggeleng dan tertawa kecil. Jibeom bersikap sangat aneh, menurutnya.

Selama perjalanan, mereka membicarakan banyak hal sejak jibeom ke cafe waktu itu, mereka semakin dekat dan nyaman untuk mengobrol satu sama lain.

Mereka bisa saling tertawa lepas dan selalu tersenyum jika bersama. Mereka tidak tahu alasan pastinya, tapi itulah yang mereka rasakan setiap kali menghabiskan waktu berdua.

"Beom, kenapa kamu jemput aku? Memangnya kamu gak jemput jaehyun?

Ekspresi jibeom langsung berubah masam saat mendengar nama kekasihnya itu. "dia gak ikut"

Joochan mengerutkan keningnya. "kenapa?"

"gak usah dibahas"

Nada dingin dari jibeom membuat joochan tidak melanjutkan rasa penasarannya. Kalau sudah seperti itu, pastinya ada apa-apa dan dia juga tidak berhak untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Sesampainya di rumah jibeom, tanpa menunggu jibeom membukakan pintu mobil terlebih dahulu. Joochan langsung turun dan melangkah ke dalam rumah tanpa melihat ke arah jibeom lagi.

"Joochan," panggil Yeonhee saat joochan baru saja sampai depan pintu .

Joochan tersenyum. "hai, yeonhee. Aku gak telat kan?"

Yeonhee menggeleng. Tapi ia mengerutkan keningnya sat melihat sesuatu di belakang joochan. "Oppa kenapa? Kok wajahnya muram gitu?"

"gak apa-apa" jawab jibeom tanpa menatap balik adiknya dan langsung berjalan meninggalkan mereka.

Joochan hanya mampu menghela napas, karena ini salahnya.

Acara makan malam yang di hadiri oleh seluruh teman jibeom, berjalan dengan harmonis dan tidak terlupakan. Saat menikmati makan malam, banyak candaan yang tercipta.

"joochan mau gak jadi menantu, Ahjumma?" tanya Ny. Kim tiba-tiba.

Joochan tersedak makanan yang dia makan saat mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang menurutnya sedikit aneh.
"Maksud Ahjumma?"

Ny. Kim melirik jibeom, lalu melirik joochan. "ya, nantinya kamu menikah dengan jibeom gitu. Kamu gak mau, ya?".

Joochan mengulas senyum tipis. "Ahjumma ada-ada saja"

Ny. Kim cemberut. "Ahjumma lagi serius ini joochan"

"Yeobo, jangan aneh-aneh. Mereka masih SMA" tegur tuan Kim.

"jibeom kan sudah punya pacar" celetuk daeyeol.

Ny. Kim langsung melirik daeyeol. "iya, saya tau, tapi pacarnya yang sekarang itu gak jelas, makanya Ahjumma nanya gitu ke joochan. Masa setiap di ajak makan malam jawabannya gak bisa terus"

"mungkin dia ada urusan, Ahjumma" jawab jangjun yang mencoba membantu jibeom karena namja itu seperti tidak tau harus menjawab apa.

"ya, gak boleh terus-terusan juga. Di ajak siang hari gak mau, terus Ahjumma yang jemput dia juga gak mau.... "

"Eomma, Udah" potong jibeom seraya bangkit. "aku ke kamar dulu" pamit jibeom dan berjalan pergi meninggalkan keluarga dan teman-temannya itu.

"Tuan Besar marah" Canda Yeonhee.

Ny. Kim berdecak heran melihat kelakuan anaknya itu. "gitu aja marah, padahal kan fakta"

"Eomma ngomongnya di waktu yang gak tepat. Dia lagi galau." ucap Suyun

Di lain tempat, jibeom berjalan menuju balkon kamarnya sambil menatap ponsel. Tatapannya terlihat muram dan perasaannya yang tidak menentu.

Ucapan Ny. Kim emang benar. Makanya jibeom tidak bisa mengelak dari fakta yang eommanya ucapkan. Namun, hatinya juga sakit mendengar
Itu semua. Mendengar kalau eommanya sudah berpendapat kalau jaehyun itu berperilaku jelek atau sebagainya.

☘️
☘️
☘️

Setelah berkeliling ke berbagai tempat dengan tujuan yang tidak pasti, jibeom memutuskan untuk berhenti. Mungkin jaehyun tidak perlu di cari. Mungkin jaehyun akan kembali dengan sendirinya.

Jibeom meminggirkan mobilnya di sebuah taman. Jibeom ingin menenangkan pikirannya. Mungkin dengan dia berhenti di taman ini, bisa membuatnya tenang. Apalagi dengan suasana sore yang mendung.

Jibeom mendengar suara tangis seseorang  namja. Dari bentuk tubuh dan gayanya, sepertinya jibeom mengenalinya. Saat jibeom mendekat,  jibeom baru menyadari kalau memang dia mengenali namja itu.

"joochan" panggil jibeom lembut.

Joochan yang dipanggil, mengangkat kepalanya. Terlihat dengan jelas jejak tangis di pipinya. Matanya sudah memerah. Berapa lama joochan menangis?

"chan, kamu kenapa?" tanya jibeom cemas.

"orang tua ku bertengkar dan hampir cerai" lirih Joochan.

Jibeom mengerti tentang perasaan itu. Masalah itu jauh lebih menyakitkan dari pada masalah yang dihadapi jibeom sekarang.
Tanpa izin, jibeom membawa joochan ke dalam pelukannya. Berusaha membuat joochan nyaman.

Rintik hujan mulai turun. Setetes demi setetes. Jibeom menarik lengannya yang mendekap joochan, melepaskan jaket yang dia pakai, dan menyampirkannya ke pundak joochan.

Joochan yang masih larut dalam sedihnya hanya menurut. Dan jibeom membawanya ke dalam mobil.

"maaf beom, gara-gara aku baju kamu jadi basah" ucap joochan penuh penyesalan.

Jibeom tersenyum maklum. Dan sekarang, mereka berdua bingung mau mengobrolkan apa.

"beom, terimakasih ya jaketnya" ucap Joochan, akhirnya berinisiatif membuka suara duluan.

Jibeom mengangguk, lalu tiba-tiba terpikirkan sesuatu. "kamu mau ganti baju? Aku bawa kaos satu untuk kamu dan satu untuk aku. Kaca mobilnya juga gelap, jadi gak ada yang bakal bisa intip dari luar"

"gak usah beom, ngerepotin" tolak joochan

Jibeom tetap menyerahkan kaos itu pada joochan "jangan anggap aku orang lain. Anggap saja aku ini hyung mu"

"kalau gitu kita saling belakangin aja. Tapi benar kan, kacanya gelap?"

"iya joochan, percaya sama aku" ucap jibeom

Joochan adalah seseorang yang menurut jibeom harus dia jaga. Namja itu selalu mampu membuat mood-nya menjadi lebih baik, entah kenapa.

"aku udah selesai" ucap joochan

Jibeom membalikan tubuhnya dan melihat de depan. Hujan semakin deras. "jadi kamu mau kemana?"

"kamu keberatan gak kalau ke cafe?" tanya joochan

"oke, permintaan diterima" canda jibeom 

Diam-diam Joochan memperhatikan jibeom. Jibeom selalu datang di saat joochan membutuhkan kehadiran seseorang untuk mencurahkan perasaan atau sekedar sebagai tempat menyandarkan kepala untuk menangis. Kehadiran jibeom yang konstan mengubah sesuatu dalam diri joochan. Perasaan yang sebelumnya tidak ada, kini menjadi ada.

🌟🌟🌟🌟🌟
Continue
.
.
.
Di Vote dan comment donk
Biar aku semangat updatenya

STARLIGHT [BeomChan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang