#18

54 13 4
                                    

-Flashback-

"Chan, kita ke dalam kafe dulu." ajak Yeonhee.

Yeonhee sudah mengetahui semuanya. Dia memiliki perasaan bahwa ada seseorang yang ajan mencelakai mereka.

"ada apa, Yeon?" tanya joochan yang melihat Yeonhee seperti mencari seseorang.

Yeonhee kembali melihat ke arah luar. "dengerin aku baik-baik, bius hirup yang buat pingsan itu baru bereaksi setelah 5 menit. Jadi, kalau ada sesuatu, kamu pura-pura pingsan aja. Terus, kamu benar-benar tertidur.

Joochan mengerutkan keningnya. "Bius? bius apa?"

"kita mau diculik," bisik yeonhee yang membuat joochan terkejut, yeonhee langsung tersenyum dan bergumam, "Bersikap seperti biasa aja, ingat pesanku"

Joochan mengangguk paham, walau dia belum terlalu mengerti situasi yang menimpanya. Joochan mengikuti yeonhee yang mengajaknya keluar dari kafe. Sewaktu mendekat ke parkiran mobil yang sepi, ketika itulah firasat yeonhee menjelma nyata.

Sesuai rencana yeonhee tadi, mereka melakukannya sesuai rencana.

Bego, jangan meremehkan mahasiswa kedokteran kalau soal bius, batin Yeonhee.

Yeonhee ingin tersenyum puas. Dia sedikit mengintip saat mereka dimasukan di dalam mobil yang tertutup. Kacanya hitam, joochan dan yeonhee dimasukan dalam satu mobil.

Semoga saja joochan melakukan yang dia perintahkan, batin yeonhee lagi.

Selama perjalanan, Yeonhee coba mengintip untuk mengetahui lokasi mereka. Yeonhee merasa tenang karena dia membawa alat pelacak. Selain itu, bukan berarti dia bodoh karena menyerahkan diri mereka berdua kepada jaehyun atau suruhannya. Hanya saja, dia ingin mengikuti kemauan mereka

-Flashback end-

🍀
🍀
🍀

Yeonhee dan Joochan terbangun setelah Pura-pura pingsan. Mereka berdua menemukan Jaehyun yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam. Di belakangnya ada empat orang pria berbadan besar, suruhannya.

Di tangannya, pria itu memegang sebuah alat suntik. "Selamat datang di tempat saya, Joochan dan Yeonhee atau mantan teman saya."

Yeonhee berdecih. "tempat kamu tidak bagus seperti harapanku."

"apa kata kamu aja. Liat kamu tau ini apa?" tanyanya sambil memamerkan alat tersebut sambil tersenyum miring.

Joochan melirik pria-pria di belakang jaehyun. Salah satunya adalah kakak tirinya. Dia sudah menebak kalau kakaknya memang ikut dalam rencana ini. Apa pengorbanan kedua orangtua mereka tidak membuatnya ingin membalas budi?

"tidak ada gunanya juga aku tau isi cairan itu apa" sahut yeonhee malas.

Jaehyun mendekat ke arah yeonhee, dia menusuk-nusukkan  jarum tersebut di kulit yeonhee, tapi tidak sampai melukainya. "ini obat pengencer darah yang bisa buat kamu pendarahan dan akhirnya mati."

Yeonhee menggeleng mendengar ucapan jaehyun. "aku tidak selemah yang dulu. Bukan kamu tahu kalau aku ini anak kedokteran? Obat bius kamu aja tidak mempan buat aku. Jangan meremehkan aku, Jae."

Jaehyun menaikan bahunya. "semoga saja keberanian kamu bisa menyelamatkan kamu." dia lantas berdiri di depan joochan, memegang dagunya. "kalau cantik, masih cantikan aku. Kenapa si Jibeom milih kamu jadi pendampingnya. Mungkin kamu sudah guna-guna jibeom atau mata jibeom yang rabun, ya?"

Joochan melihat jaehyun sinis. "percuma cantik kalau hatinya tidak baik."

Jaehyun mengangguk paham. "ah, kamu benar. Pintar juga ternyata."

Kali ini, yeonhee menatap jaehyun serius. "kamu tahu? Kamu sudah sia-siain waktu untuk sesuatu yang tidak berguna. Kamu mengisi waktu dengan sesuatu yang tidak ada artinya. Waktu itu lebih berharga daru segalanya. Seharusnya kamu gunakan waktu yang sudah dikasih untuk melakukan hal baik."

Jaehyun tampak tidak terpengaruh dengan ucapan itu. Masih dengan ekspresi santainya ia berkata. "Terimakasih udah Ceramahin aku. Satu hal, Waktu siapa yang disia-siain? Waktu aku juga, kan? Jadi,  kamu nggak perlu repot ngurusin aku. Aku nggak perlu orang yang Pura-pura bijak seperti kamu."

Yeonhee tidak berhenti sampai disitu,dia mencoba mengulur waktu dan menyadarkan Jaehyun tanpa melibatkan kekerasan. "kita ini saling membutuhkan, jangan pernah menyakiti orang-orang yang peduli sama kamu."

"sayangnya, aku tidak peduli." ucap jaehyun dengan senyum miring.

"Mau kamu apa sih, Jae?" akhirnya joochan ikut bersuara. "kamu sudah merusak kehidupan aku, neror aku. Sekarang mau kamu apa?"

Jaehyun tersenyum senang mendengar pertanyaan joochan. "simpel, aku mau Jibeom. Aku mau keluarga sahabat kamu ini hancur. Aku mau memusnahkan kalian berdua. Kalian penghalang, terutama sahabat kamu ini."

Yeonhee mencoba meraih jam tangan di pergelangan sebelah kirinya menggunakan jarinya. Dia ingin mengaktifkan alat pelacak dan mengambil botol racun gas di sakunya.

"kamu pikir dengan membunuh kita, kamu bisa dapatin itu semua?"

Jaehyun menggeleng. "setidaknya, aku bisa mendapatkan sebagian dari apa yang aku inginkan. Contohnya ini..." jaehyun menekan pelan suntikan itu, mengeluarkan isi suntikan tersebut dengan pelan. "setidaknya, keinginan aku membunuh kalian berdua berhasil. Kalian mati, mereka semua gila atau frustrasi. Perusahaan hancur dan keluarga Kim tinggal nama saja."

"shit!" umpat Yeonhee, dia menarik racun itu, lalu membuangnya asal. Yeonhee tersenyum miring. "jangan pernah main-main sama ahli anestesi yang tahu banyak tentang pembiusan."

Racun itu terbuka, lalu mengeluarkan bau menyengat. Gasnya mulai tersebar, mereka semua mulai terbatuk. Selama enam jam, gas ini akan bereaksi. Jika tidak memakai masker dan sebagainya, bisa saja mereka ikut merasakan efek gas tersebut.

Sebelum itu, Yeonhee sudah berhasil menyalahkan alat pelacaknya. Jika selama enam jam, mereka semua belum bisa menemukan lokasi ini. Bisa dipastikan, keinginan jaehyun akan terpenuhi.

🌟🌟🌟🌟🌟
Continue


STARLIGHT [BeomChan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang