Berkencan selama delapan tahun lebih ditambah hampir dua tahun bertunangan dirasa sangat cukup oleh Lucas dan Maddie hingga akhirnya memutuskan untuk segera melangsungkan pernikahan. Pernikahan mereka akan dilangsungkan bersama dengan kembaran Lucas, Hendery dengan kekasihnya Helena. Keduanya memutuskan melanjutkan hubungan ke ikatan suci pernikahan setelah berunding matang, tidak sekedar karena ucapan orang-orang yang meminta mereka segera menikah karena sudah terlalu lama dalam hubungan kekasih.
Pembicaraan mereka bukan sekedar tentang biaya, venue, wedding organizer, attire, dan lain sejenisnya, itu memang perlu, namun bukan yang utama. Pernikahan itu menyatukan dua orang untuk hidup bersama bukan sekedar melegalkan hubungan dimata Tuhan dan negara, dan juga waktu berpesta. Lucas dan Maddie membicarakan dengan matang persiapan mereka agar setelah mereka melakukan pemberkatan dan menjalani kehidupan pernikahan tidak membuahkan banyak keributan walaupun itu akan tetap ada, setidaknya mereka telah memiliki sebuah pandangan dan pemikiran yang satu.
Yang pertama keduanya bicarakan adalah di mana mereka tinggal setelah menikah. Lucas mengajukan untuk keduanya tinggal di apartment miliknya dan membangun rumah pelan-pelan. Maddie menyetujui hal itu karena merasa lebih baik daripada satu atap dengan salah satu orangtua mereka.
"Aku boleh kerja nggak nanti?" pertanyaan yang sudah ditahan Maddie akhirnya keluar.
"Boleh, tapi aku mau kita kerja bareng-bareng bisa? Aku dari lama mikir buat berhenti dari dunia entertaiment dan mulai kerja di lingkup bisnis. Designer dan punya brand sendiri itu cita-cita kamu dari SMA, dan aku kepikiran buat kita luncurin brand bareng-bareng. Kamu nggak perlu lagi jual design ke brand orang tapi design buat brand kamu sendiri. Gimana?" terang Lucas panjang.
"Sounds good, tapi kamu yakin berhenti dari dunia entertaiment? Kamu masih ada dipuncak dan perjuanganmu juga nggak kecil buat sampai titik sekarang ini," balas Maddie.
"Di entertaiment itu cita-citanya Aheng, aku udah cukup ikut dia dan sekarang aku mau lepas. Buat bangun bisnis, aku udah ada biaya buat itu karena emang udah aku rencanain dan tinggal aku obrolin sama kamu, Bub" Lucas telah menata keuangannya untuk rencananya itu.
"Fine kalau itu udah jadi keputusan kamu. Also thank you karena kamu udah kasih izin dan bahkan dukung aku buat wujudin cita-citaku." Maddie bukan lagi senang mendegar balasan Lucas, dia merasa terharu.
Keduanya juga sekilas membahas kekurangan yang ada pada diri mereka masing-masing. Hubungan yang keduanya jalani bertahun-tahun mungkin sudah membuat keduanya sama-sama tahu kekurangan sama lain, namun mereka tetap memperbincangkan itu untuk mengetahui lebih jelas bagaimana respon pasangan terhadap kekurangan yang dimiliki.
"Ge, can I ask?"
"Sure, kenapa pake tanya dulu," balas Lucas.
"Do you want to have a kid?"
"Of course, who won't it?"
"Ge, gimana kalau aku nggak mau punya anak dulu? I mean, bukan nggak mau, tapi belom," tanya Maddie dengan menatap Lucas takut, takut terhadap jawaban apa yang akan dilontarkan kekasihnya itu.
"Bub, married itu tujuannya bukan sekedar untuk punya anak. Kalau kamu belom siap it's okay. Jadi orangtua itu kita berdua harus sama-sama siap, kalau emang belum siap lebih baik jangan dulu, karena anak bukan mainan atau kelinci percobaan parenting. Selain itu, your body your choices. Kita jangan sampai terpaksa jadi orangtua karena impact ke anak itu besar. I'm okay, Bub," balas Lucas.
Maddie menatap lelaki disebelahnya penuh arti. Jawabannya begitu menyentuh hatinya. Beberapa yang dikatakan Lucas merupakan kekhawatirannya dalam memiliki anak. Maddie lantas memeluk Lucas karena jawabannya menenangkannya.
