04. 19 Desember dan Kamu

5 2 0
                                    

19 Desember adalah tanggal di mana Deka terlahir ke dunia. Tanggal di mana ia mulai mengeluarkan suara tangisnya dan tanggal di mana Papanya menggendong Deka dan membisikkan kalimat yang begitu indah di telinga Deka; Adzan.

Beberapa bulan berlalu dan tanggal 19 Desember kembali menjadi hari yang begitu membahagiakan untuk Deka karena pada hari itu Deka merayakan ulang tahunnya untuk pertama kalinya dan beberapa tahun berlalu dengan perayaan Deka yang begitu membahagiakan. Sampai pada hari di mana Deka merayakan ulang tahunnya yang ke 15 tahun, saat itu untuk pertama kalinya Deka harus merayakan ulang tahunnya hanya dengan Ayara dan Om Bram, tanpa orang tuanya karena mereka berada di luar kota untuk mengurus bisnis yang mereka bangun.

Saat itu, Deka merasa bahagia, tapi tidak sebahagia tahun-tahun sebelumnya dan kesedihan itu berlalu seiring berjalannya waktu dan tanggal 19 Desember itu kembali muncul dan diulang tahun Deka yang 16 tahun, Deka kembali merasa bahagia sekaligus sedih karena yang ada hanya Ayara dan Om Bram, tanpa orang tuanya lagi dan dengan alasan yang sama, sibuk bekerja.

Dan sekarang di sini Deka berada, di rumahnya yang sepi sambil menatap kalender yang ada di kamarnya. Hari ini dengan tanggal 19 Desember, hari di mana Deka dilahirkan dan merasakan dinginnya AC rumah sakit untuk pertama kalinya dan satu hal yang Deka pertanyakan, apakah kali ini ia akan merasakan dua perasaan di waktu yang bersamaan kembali? Atau hanya akan ada perasaan bahagia yang menjalar di hati Deka dan menghangatkan tubuhnya secara perlahan? Entahlah, Deka, pun, tidak tahu jawabannya.

Deka mengalihkan pandangannya dan menatap keluar jendela, memerhatikan halaman rumah Ayara yang sepi lalu Deka berjalan menuju kasurnya dan merebahkan dirinya. Seperti biasa, di hari ulang tahunnya, Deka hanya akan menetap di rumah dan akan menunggu sampai Ayara mengetuk pintu kamarnya sambil membawa kue dan berteriak happy birthday.

Deka tidur dengan terlentang dan menutup matanya mencari ketenangan dan mengenyahkan kegelisahan, rasa takut dan kecewa.

 
 _____________________________

Ayara mendengus kesal melihat Om Bram yang mulutnya tengah sibuk mengunyah kue, sedangkan matanya sibuk menatap tablet.

Ayara berdehem untuk menarik perhatian Om Bram, tapi Om Bram seolah tidak peduli dengan Ayara dan hal itu membuat Ayara membanting spatula yang ia gunakan untuk meratakan adonan kue yang sudah disalin ke loyang dan memerhatikan Om Bram.

“Ayah!” teriak Ayara kesal.

Om Bram mengernyit mendengar nada bicara putrinya dan memandang sang anak yang tengah memonyongkan bibirnya dengan kernyitan di dahinya.

“Kenapa, sayang?” tanya Om Bram lembut.

Ayara menganga tidak paham dengan Om Bram. Kenapa Ayahnya begitu sulit untuk peka? Pikir Ayara.

“Kenapa kata Ayah?”

“Iya, kenapa?”

“Ayah lupa hari ini hari apa?”

Om Bram mengernyit, berusaha mengingat-ingat apa yang putrinya coba ungkit, tapi yang muncul hanya jawaban sederhana, yaitu hari ini hari Jum’at, tapi Om Bram seolah yakin kalau bukan itu jawaban yang pasti. Jadi, Om Bram terus berusaha mengingat sampai senyum dan suara tawa berat seorang lelaki berputar di otak Om Bram dan hal itu membuat Om Bram tersenyum dan menatap putrinya.

“Hari ini hari ulang tahun Deka, benar?”

Ayara menjentikkan jarinya. “Benar.”

“Lantas, apa yang salah?”

Sebelum menjawab, Ayara memasukkan adonan kue ke dalam oven dan menyetel suhu dan timer yang ada di oven, lalu Ayara melepas celemeknya dan menaruhnya di atas pantry dan mendekati Om Bram dan duduk di sebelahnya.

The Story of DekAyara (Projects TDWC) (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang