10. Ayo Pacaran

3 2 2
                                    

Di hari Minggu, Deka dan Ayara memilih menghabiskan waktu berdua di ruang tengah rumah Ayara dengan menonton drama kesukaan Ayara.

Deka mencoba ikut menikmati Drakor yang mereka tonton, hingga satu adegan muncul yang membuat Deka terdiam. Deka memalingkan wajahnya dan menatap Ayara, satu hal terlintas di dalam benak Deka saat melihat adegan yang di tayangkan tadi, kalau gue nyatain perasaan gue ke lo, apa lo akan memberi respon seperti cewek yang ada di dalam drama itu? Tanya hati Deka.

Ayara kehilangan fokus terhadap drama yang ia tonton dan menatap ke sampingnya, ke tempat Deka berada. “Kenapa lo ngeliatin gue?” tanya Ayara.

“Karena lo cantik,” jawab Deka apa adanya.

Deka berdiri dan membetulkan celananya yang sedikit terturun. “Gue pulang dulu,” pamit Deka dan langsung berlalu pergi, meninggalkan Ayara yang terbengong sendiri.

Ayara menggigit jarinya dan menatap pintu rumahnya yang sudah tertutup dan menghilangkan sosok Deka. Ayara mendesis dan mengusap belakang lehernya. “Kok, rada serem, ya,” ucap Ayara dengan takut lalu Ayara menatap ke sekeliling rumahnya. “Kayanya gue mesti minta Ayah buat panggil paranormal, deh, supaya Deka nggak bertingkah menyeramkan kaya tadi,” gumam Ayara lalu ia mengangkat laptopnya dan membawanya ke kamar dengan bulu kuduk yang berdiri.

___________________________________

Deka memasuki kamarnya dan membanting pintu kamarnya. “GOBLOK, GOBLOK, GOBLOK!” teriak Deka dengan tangan yang memukul-mukul kepalanya dengan kencang. “Bisa-bisanya gue ngomong kaya gitu di depan Ayara!” Deka menggelengkan kepalanya dan duduk di atas kasurnya.

Deka terdiam dan merenungkan tindakannya yang terlalu berani untuk memuji Ayara, tapi entah kenapa Deka malah menyesal, bukan menyesal karena ia memuji Ayara, tapi menyesal karena ia malah memilih untuk pulang, bukannya malah melanjutkan ucapannya dan mengatakan kalau ia mempunyai perasaan kepada gadis itu.

Deka mendesah dan merebahkan tubuhnya. Deka menatap langit-langit kamarnya dan adegan drama itu terulang, adegan di mana pemeran laki-laki – yang berperan sebagai sahabat dari pemeran wanita – yang menyatakan perasaannya dan diterima oleh sang sahabat. Deka mengubah posisi tidurnya menjadi miring dan kembali merenung. Jika Deka yang melakukan hal seperti itu, apa Ayara juga akan menerimanya? Tapi wajah marah, kecewa dan sedih Ayara malah terlintas di dalam pikirannya dan hal itu membuat Deka langsung menghilangkan keinginannya untuk menjadikan Ayara kekasihnya.

Deka memejamkan matanya dan memilih untuk tidur, setidaknya di dalam tidur Deka bisa mendapatkan ketenangan tanpa perlu memikirkan perasaannya yang tak kunjung mendapat balasan.

___________________________________

Deka menyipitkan matanya yang sedikit memerah dan mencari-cari ponselnya yang terus berdering sejak tadi, tapi panggilan itu malah terputus saat ia sudah menemukan ponselnya yang berada di bawah selimut.

“Telepon sialan!” umpatnya. “Padahal, gue lagi mimpi indah, tapi dia malah ganggu!” Deka ingin melempar ponselnya, tapi tidak jadi karena Deka hanya mempunyai satu ponsel dan jika ini rusak, maka bagaimana caranya agar ia bisa berhubungan dengan orang tuanya yang berada di luar kota?

Deka menaruh ponselnya sembarangan dan kembali memejamkan matanya. Deka mencoba untuk tidur kembali dan melanjutkan mimpinya, tapi nihil, ia tidak kunjung tidur dan mimpi itu tidak kunjung datang.

Pada akhirnya Deka memutuskan untuk memejamkan matanya saja dan memutar kembali mimpinya, di mana Ayara yang menerima perasaannya dan status mereka berubah menjadi sepasang kekasih, bukan lagi sahabat. Deka ingin melanjutkan cerita di mimpinya dengan sebuah imajinasi, tetapi ponselnya malah kembali berdering dan hal itu membuat Deka menghela nafas kesal.

The Story of DekAyara (Projects TDWC) (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang