6. PUTRI TUNGGAL GREYSON

1.2K 211 16
                                    

Suasana kelas Zora kali ini sedikit gaduh dikarenakan tidak adanya guru yang mengajar. Mereka hanya diberi tugas untuk dikerjakan. Akan tetapi, mereka memanfaatkan moment tersebut untuk bersantai, bergosip dan tidur sesuka hati.

Sama halnya seperti sekarang, Zora dan Leona tengah berada di bangku keduanya. Kedua gadis itu asik membicarakan alur novel yang mereka beli kemarin, tanpa mengindahkan kehadiran buku paket di depan mereka.

Pembahasan mereka terhenti ketika tatapan Zora mengarah pada sosok gadis yang duduk sendirian di pojok sana. Leona mengikuti kemana arah pandangan Zora.

"Dia ansos banget ya, Ra," ujar Leona.

"Nggak punya temen, diem bae di bangkunya. Lama-lama gue jadi kasian," lanjut gadis berhijab itu.

Zora menatap Mile sendu. Kejadian tadi malam kembali melintas di pikiran Zora.

"Pasti dia tertekan banget," gumam Zora melirih.

"Ha, lo ngomong apa, Ra?" tanya Leona memastikan apa yang di ucapkan sahabatnya itu.

Zora menatap Leona. "Gimana kalo kita nyoba deketin dia? Siapa tau dia mau temenan sama kita," ujar Zora.

Leona mengembuskan nafas kasar. "Kan udah pernah kita coba, dianya ngehindar," jawab Leona.

"Coba lagi." Zora bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri bangku Mile di ikuti Leona di belakangnya.

"Hai, Mil," sapa Leona riang. Mile menghentikan tangannya untuk menulis, lalu mengangkat kapalanya menatap kedua orang itu.

"Boleh duduk di sini?" tanya Zora.

Gadis bermasker itu tidak menjawab. Ia hanya menatap kedua orang itu datar dengan mata sipit yang terlihat sayu itu.

"Nggak boleh ya?" lagi-lagi Mile tidak mengubris pertanyaan Zora. Bahkan, gadis itu kembali melanjutkan kegiatan menulisnya.

Zora dan Leona saling memandang satu sama lain.

"Eh hoodie lo bagus ya, Mil, pasti mahal. Btw, tumben pake hoodie, lo lagi sakit?" tanya Leona, masih berusaha berinteraksi dengan gadis berambut pendek itu.

Mile tidak mengubris.

Sedangkan Zora menatap gadis itu sendu. Detik berikutnya, mata Zora membelalak.

"Mile tangan lo kenapa?!" tanya Zora memekik tertahan melihat luka sobekan tepat di punggung tangan Mile.

Dengan cepat Mile menarik tangannya, menyembunyikannya di laci meja. Mile beralih menatap wajah panik Zora. Lebih tepatnya, hanya menatapnya tanpa ekspresi. Lalu, tanpa sepatah kata pun, Mile bangkit dari duduknya dan pergi dari sana.

Zora dan Leona lagi-lagi saling memandang. Zora teringat sesuatu.

"Bang El, lagi jamkos," ujarnya, mengambil ponselnya dari saku rok, dan menghubungi sang kakak.

***

"Eh, eh, gue mau nanya dong, di sunat sakit nggak?"

"Nggak sakit, palingan rasanya kek di gigit T-rex doang," jawab Satria dengan wajah lempengnya. Pria berjambul dengan beberapa kelopak bunga yang di selipkan di telinganya itu menelan susah salivanya.

"Abis dong si Janson," ujar Panca menangkup miliknya menggunakan kedua tangan.

"Kagak abis Nca, palingan ludes doang," celetuk Lesma--kembaran Satria.

"Ludes sama telur-telurnya ye?" ujar Elgar seraya terkekeh.

Cowok Bali itu menelan kasar ludahnya, masih memegang miliknya di bawah sana.

KILLER SMILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang