8. KILLER SMILE

1.1K 215 35
                                    

"Darah."

Mile hendak menyentuh darah yang mengalir dari hidung Elgar, namun ia urungkan. Elgar tersadar, dengan cepat ia mengusap darah yang ada di hidungnya, lalu menatap Mile seraya tersenyum tipis.

"Cuma mimisan biasa," ujar Elgar, seolah memberitahukan kepada Mile jika dirinya baik-baik saja.

"Sakit apa?" tanya Mile tanpa ekspresi, seolah memang sudah seperti itulah raut wajahnya ditakdirkan.

Elgar menggeleng cepat, lagi-lagi tersenyum tipis. "Nggak, gue nggak papa," jawabnya.

Mile terdiam. Tidak, Mile tidak bodoh. Dapat ia lihat sebuah kebohongan bersemayam di manik hitam pria itu.

Elgar kembali melanjutkan pekerjaannya. Ragu-ragu ia membersihkan luka yang berada di sudut bibir Mile. Bukannya apa-apa, Elgar hanya takut jika gadis ini merasa risih dengan perlakuannya. Akan tetapi, melihat tidak adanya penolakan, Elgar kembali melanjutkannya.

Elgar mengobati luka Mile dengan sangat telaten, hingga beberapa menit kemudian semuanya selesai. Pandangan Mile sedari tadi tidak lepas dari pergerakan Elgar. Dari bagaimana pria itu membersihkan lukanya, fokus yang tidak teralihkan, semua Mile rekam dengan jelas di kepalanya.

Elgar sedikit mendongak, tatapannya bertemu dengan tatapan sayu Mile. Elgar mengamati pahatan wajah Mile, hingga tatapannya berhenti tepat di bibir mungil Mile.

"Killer smile," gumam Elgar tanpa sadar dengan tatapan yang masih tertuju pada bibir Mile.

Mile sedikit mengerutkan kening ketika.mendengar gumaman Elgar. "Killer smile?"

Elgar tersadar, buru-buru ia mengalihkan pandangannya.

"Ah, ng-nggak." Elgar menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Merasa canggung dan gugup.

"Keknya udah jam istirahat, mau ikut ngantin bareng?" tawar Elgar.

Mile terdiam dengan raut datarnya tanpa ada niat menjawab.

"Nggak mau ya?"

"Pergi aja," ucap Mile dingin.

Elgar menelan susah salivanya. Ntah kenapa setiap Mile menatapnya, Elgar merasa terintimidasi.

"Lo-lo nggak balik ke kelas?"

"Gak," jawab Mile singkat, lalu menatap lurus ke depan sana tanpa berkedip.

Elgar mengembuskan nafas pelan. Sepertinya ia lupa jika gadis ini sangat tidak menyukai keramaian.

"Kalo gitu, gue temenin lo disini."

****

Suasana kantin kali ini terbilang cukup ramai. Suara tawa dan canda memenuhi ruangan terbuka ini. Hampir semua meja terisi oleh siswa. Tidak terkecuali meja paling pojok sana yang ditempati oleh Zora dan Leona.

Kedua gadis itu tengah berbincang sembari mencomot ciki-ciki yang tadi mereka beli. Leona--gadis berhijab itu tidak berhenti mengoceh sedari tadi.

"Eh Ra, si Mile kan tiap jam istirahat ngilang tuh, menurut lo, kira-kira dia kemana?" tanya Leona penasaran dengan teman kelasnya itu.

Zora terdiam. Mengingat Mile, ia jadi berpikir apakah sang kakak mengikuti kemana gadis itu pergi?

"Em, gue juga nggak tau sih, Le," jawab Zora. Memang benar, dirinya tidak tahu.

"Diem di perpus nggak sih?"

Zora ikut berpikir. "Kayaknya nggak deh, kita kan sering ke perpus, nggak pernah liat dia."

KILLER SMILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang