14. CAR FREE DAY

1K 229 287
                                    

Elgar tersenyum puas dari balik kaca helmnya ketika sesekali melirik pantulan wajah Mile pada kaca spion. Ekspresi datar yang tidak berubah, mata sipit dengan pipi bulat mengembang, di tambah lagi sebuah helm bogo berwarna hitam melekat di kepala gadis itu, membuat ia terlihat sangat menggemaskan di mata Elgar.

Ya, setelah ancaman beberapa menit yang lalu, agar gadis itu mau ikut dengannya, tanpa menunggu lagi, Mile segera masuk ke dalam rumahnya, memakai baju seperti biasa, dengan menguncir rambut pendeknya yang lebih terlihat seperti ekor ayam.

Elgar terkekeh, ia baru menyadari bagaimana posisi gadis itu di belakang jok motornya.

"Lo bener-bener nggak pernah naik motor?" tanya Elgar, mengangkat kaca helmnya.

Mile membalas tatapannya lewat kaca spion. Menatap Elgar malas.

"Seriusan, Mil?" Elgar lagi-lagi terkekeh, membuat Mile mendengus kesal.

"Gak," jawab Mile singkat. Pegangan tangannya pada punggung jaket Elgar semakin mengerat. Bahkan, posisi duduk yang sedikit miring saja, Mile tidak berani memperbaiki. Takut-takut akan kejengkang ke belakang.

"Siniin tangannya," pinta Elgar. Mile manatap tanpa ekspresi seperti biasa.

"Siniin, Mil."

Dengan malas Mile mengulurkan sebelah tangannya. Sedangkan tangan yang satu, masih meremas kuat punggung jaket Elgar.

"Dua-duanya."

Mata Mile sedikit melebar. "Nanti jatuh," ujarnya datar.

"Gabakal, siniin buru, biar gue fokus, ntar nabrak bisa berabe kita," ujar Elgar.

Takut-takut, Mile mengulurkan kedua tangannya. Detik berikutnya, ia tersentak ketika Elgar melingkarkan kedua tangannya pada perut pria itu.

"Jangan di lepas, gue mau ngebut. Ntar lo jatuh," ucap Elgar.

Mile tidak menjawab. Jantungnya berpacu cepat.

Dan benar saja, Elgar menambah laju motornya, membuat Mile memejamkan matanya takut. Jujur saja, dirinya ini sangat takut. Bayangkan saja, selama 17 tahun, Mile sama sekali tidak pernah menaiki motor ataupun sepeda.

"Ngebutnya pelan-pelan, Elgar," cicit Mile, yang jelas saja tidak dapat di dengar oleh Elgar.

Elgar tersenyum puas, kembali menaikkan laju motornya agar cepat sampai tujuan.

***

Tidak lama, motor Elgar berhenti tepat di depan papan peringatan jika jalan sedang di tutup. Elgar memarkirkan motornya bergabung dengan motor lain.

"Yakin nggak mau lepas?"

Mile membuka matanya, dengan cepat ia melepas tangannya pada perut Elgar, dan turun dari sana.

"Ngapain ke sini?" tanya Mile, melihat ke arah sekitar yang terlihat sangat ramai. Bahkan, ada sebuah panggung dengan banyak orang di bawahnya tengah mengikuti gerakan senam sang instruksi.

"Car free day," jawab Elgar, melepas helmnya, lalu beralih melepas helm Mile. Bagaimana tidak Elgar yang turun tangan, gadis itu bahkan tidak tahu cara memakai helm.

Mile menatap Elgar datar.

"Aku gak suka keramaian," ujar Mile. Jujur, dirinya merasa tidak nyaman sekarang ini.

Elgar berdecak, tanpa menjawab, menyeret tangan Mile untuk mendekat ke panggung sana. Kali ini mereka mengikuti car free day yang berada di taman pusat kota.

KILLER SMILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang