Malam kembali sunyi. Singto sudah tak nampak lagi rupanya di kamar Krist. Namun harum manis parfum itu masih melekat di mana Singto habis berpijak. Sprei kasur lembut menyimpan jejaknya.
Krist masih rindu.
Meski hubungan mereka masih sebatas kakak dan adik tingkat yang sesekali menggoda satu sama lain. Sisanya tak lebih dari itu. Bertemu bibir saja mungkin belum tentu. Itupun sudah membuat isi pikiran Krist melalang buana.
Krist membayangkan tiap sentuhan yang seniornya itu buat. Mengusap kepala kala ia gundah, mengelus paha saat kehilangan sabar. Namun ia tak butuh itu untuk memperbaiki emosinya. Mengingat kini ada sesuatu yang lebih sulit untuk dikendalikan.
Malam ini ia ingin Singto hanya untuk dirinya. Menyentuh tiap inci yang ditemani bersama puncak fantasi. Krist ingin dicium di pipi. Lalu turun hingga merasakan hangat lekuk lehernya. Ia ingin dicinta dan mencinta.
Lantas, kenapa tak dibuat saja?
Krist mendesah kala meliuk-liuk sambil memeluk guling. Sudah berada di ujung tanduk birahi. Putus asa merasa yang di bawah sudah terlanjur berdiri. Hingga sesekali ia pertemukan gundukan boxer-nya dengan peremukaan sprei guling.
"Kak," rengek Krist, "Kit mau Kakak sekarang. Mau dipeluk, mau dicium, mau semua."
Namun yang dipanggil tak kunjung dengar. Sedangkan Krist betulan sudah tak tahan. Ia sudah kelewat manja hingga sensitif akan tiap sentuhan. Perlahan jemari lentiknya meraba; mengabsen tiap kulit yang melekat. Menutup mata dan menghadirkan potret yang baru saja ia dapat dari laman Facebook Singto.
Digambarkan ia duduk dengan kancing yang dibuka atasnya. Setengah mabuk hingga perlakuannya makin liar pula. Krist makin tak sabar. Membayangkan apa yang akan terjadi padanya jika situasi itu dipertemukan dengannya.
Rasa hati Krist ingin menelfon. Paling tidak dapat mendengar suara Singto yang mungkin bisa membantunya. Tapi ia tak mau juga dikata gila. Orang tak tahu diri mana yang masturbasi sambil membayangkan temannya sendiri?
Tapi situasi ini tak bisa dihindarkan. Krist mulai menyelipkan tangan ke dalam celana pendeknya. Mendapati ujung penisnya sudah basah hanya karena membayangkan wajah itu. Tanda kalau ia serius menginginkan Singto di tengah kasur.
Perlahan ia mengelus area sensitifnya. Menghasilkan erangan yang ia sendiri tak tahu hadir darimana. Semakin seru pula Krist membayangkan tiap sentuhannya diwakili.
Krist mendesah. "Kak, Kit betulan gak tahan. Mau Kakak di sini. Peluk sambil puasin aku begini. Please."
Suaranya melengking. Menandakan jika Krist benar-benar menginginkannya. Perlahan ia memompa penisnya. Membayangkan jika tubuhnya berada di antar Singto, memeluknya di bawah selimut, dan tanggannya sibuk pula menyentuh Krist sana sini.
Krist ingin itu. Ia ingin puas sampai tak tahu lagi harus apa. Namun sentuhan begini saja sudah cukup membuatnya menggelinjang tak kuat. Tubuhnya lemas karna terlalu larut dalam nikmat.
"Ah Kak, enak banget," rengek Krist, "agak cepetan, Kak. Aku udah gak tahan. Aku mau Kakak aja. Nggh... Gak liat aku udah basah begini?"
"I want you to be inside me, fulfill me," lanjut Krist, "tapi gak bisa. Aku takut. Maunya pake punya Kakak aja nanti. Nghh- sekarang maunya dipegang Kakak."
Desahan Krist makin tak bisa diajak kompromi. Tak peduli lagi jika ada seseorang dari kamar sebelah yang bisa mendengar. Mungkin ia akan menanggung malu nanti, tapi kini Krist betul-betul tak mau ambil pusing. Kini yang terpenting bagaimana ia bisa memuaskan dirinya malam ini.
"Kak— Mhh— Kit gak tahan— m-mau keluar," pinta Krist, "Cepetin, Kak!"
Tangan Krist makin cepat memompa penisnya sendiri. Berkejaran dengan alur nafas yang makin ramai. Ada sesuatu yang mendesak ingin keluar. Membuat laki-laki malang ini kebingungan karena tak tahan.
"Ah."
Tubuhnya bergetar. Pandangannya pudar beserta bayangan akan Singto yang sejak tadi melekat di kepalanya. Bersamaan dengan cairan putih yang keluar, membuat tubuhnya lemas seketika.
Krist mengatur nafas. Kini rasa malu dan bersalah itu datang. Tak sopan ia pikir untuk membayangkan Singto dalam perlakuan yang jauh dari kata senonoh itu.
Tapi di lain sisi ia puas. Mungkin beginilah cara Krist melampiaskan nafsu sebelum Singto betulan menginginkannya lebih dari sekadar teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Singto x Krist (Singkit) One Shots
FanfictionKumpulan cerita pendek (one shots) dari Singto dan Krist. Membawa kalian ke petualangan di banyak dunia! Hope you guys enjoy ♡