MARCEL DI SERANG

292 38 13
                                    

“Yakinlah, pertemuan itu tidak salah tempat, tidak akan salah waktu, apalagi salah orang.”

•••

HAPPY READING

•••

Ada beberapa hal yang Clara rindukan di Indonesia ketika ia berada di Barcelona. Ada beberapa hal yang Clara rindukan di Barcelona ketika ia berada di Indonesia. Suasana? Makanan? Atau adiknya? Kenangan yang di ciptakan bersamanya, memori yang di tinggalkan, dan masa depan yang kini sudah datang.

Setiap orang punya cerita. Semua tempat punya gaya dan bahasa. Setiap sudut penjuru dunia punya kenangan. Bagiamana caranya agar semua cerita indah masih terekam jelas di dalam benaknya sampai ke generasi berikutnya. Tidak semuanya selalu cerita bahagia, tidak juga selalu cerita kepedihan. Keduanya saling melekat dalam kehidupan.
Suara manja seorang gadis saat bersama keluarga masih terekam jelas. Langkah kaki yang feminim dan rambut yang selalu menggunakan bandana warna merah muda.

Clara duduk di sofa mengarah ke balkoni, menatap gedung-gedung tinggi di sekitarnya, banyak yang telah berubah selama satu tahun. Suara itu sempurna di telinganya, bayangan bersamanya di masa lalu membuat Clara merasa sesak di dada.

“Ra!” panggil Bara membuat lamunan gadis itu membuyar.

“Are you okay?” tanya Bara sambil berjalan mendekati Clara.

Clara mengangguk, “Yes, I'am okay, you don't worry.”

Bara mendudukan bokongnya ke sofa mengahadap Clara, “Kalau ada sesuatu yang lo rasain, cerita sama gue, Ra!” kata Bara sambil menggenggam tangan Clara.

Bara memiliki peran yang sangat penting untuk Clara, walaupun Bara selalu kasar kepadanya tetapi Clara tetap sayang pada pria tersebut. Bagaimana pun juga Bara yang selalu ada di saat keduanya saling membutuhkan dekapan hangat.

“Gue baik-baik aja, lo gak harus,” jawab Clara berusaha untuk meyakinkan Bara.

Clara bangkit dari duduknya, “Gue pulang dulu,” pamitnya.

Bara mengangguk. Walaupun sebenarnya ia merasa kecewa pada sikap Clara yang benar-benar sudah berubah.

Dilain tempat. Tepatnya di Basecamp Alarga para anggota inti Alarga sedang berkumpul.

“Woy, atas gue ada musuh!” teriak Reza.

“Mana anjing!? Sini gue bantu kenoc!” sahut Devano.

“Setan gue di kepung,” teriak Aldo.

“Woy, tolongin gue bangsat!” teriak Aldo pada Devano.

“Gue juga di kepung anjing!” ujar Devano.

“Woy, tolongin gue lah.” kesal Reza lalu menoyor kepala Devano.

“Bangsat gak usah jitak kepala gue juga,” sewot Devano.

Bagas dan Marcel pun hanya menggelengkan kepala saat menyaksikan kehebohan teman mereka itu.

“Yes! Booyah! Yuhuuu..” teriak Reza sambil berjoget kemenangan lalu mengejek Devano dan Aldo.

“Booyah baru satu kali aja bangga,” Devano kesal lalu melempar ponselnya yang mengenai kepala Reza.

Reza pun yang sedang asik bermain ponsel mendengus. “Sorry, gue gak sengaja.” alih-alih Devano padahal memang sengaja.

Marcel pun menyambar jaket kebesaran milik Alarga dan kunci motornya.

“Lo mau kemana?” tanya Devano.

BAGASCLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang