MALU-MALU KUCING

301 38 1
                                    

"Tuhan, katakan jika pertemuan ini hanyalah suatu kebetulan, sehingga aku tak harus berharap terlalu banyak."

•••

HAPPY READING

•••

Tak terasa Clara sudah satu minggu bersekolah di Indonesia. Pentricor menjadi tempat menepuh pendidikannya. Hari ini adalah jam mata pelajaran yang akan di ajarkan oleh Pak Rizal selaku guru kejuruan Broadcasting. Pak Rizal meminta murid kelas 10 Broadcasting-1 untuk pergi ke laboratorium Jurnalistik karena materi akan disampaikan di tempat tersebut.

“Baiklah, sesuai yang saya katakan pada Minggu lalu, jika hari ini saatnya pembagian kelompok. Silahkan, untuk kalian yang sudah memiliki kelompok segera bergabung dengan kelompok kalian masing-masing dan kumpulkan data nama kelompok kalian,” perintah Pak Rizal membuat semua murid mengangguk mengerti.

Pak Rizal pun mulai mengecek lembaran kertas yang di berikan oleh murid-muridnya. Saat sadar ada dua nama yang belum mengumpulkan data, ia berdiri dari duduknya.

“Clara,” panggil Pak Rizal. Clara pun menoleh.

“Kamu satu kelompok sama Bagas,” kata Pak Rizal membuat Clara mengerjapkan matanya.

Clara menunjuk dirinya sendiri, “Saya?” tanyanya dengan menekuk kedua alisnya.

Pak Rizal mengangguk mantap. “Iya, hanya kalian yang belum mendapatkan kelompok.”

“Kenapa harus dia sih, Pak?” protes Clara.

“Karena hanya kalian yang tersisa.”

Para siswi yang berada didalam ruangan tersebut merasa iri dengan Clara yang bisa berdekatan dengan Most wanted guy SMA Pentricor High School.

“Udah sana, Ra!” Vanya mendorong pelan tubuh Clara agar ia menghampiri Bagas yang akan menjadi teman kelompoknya.

Clara pun membuang nafas pasrah, mau tidak mau ia harus menghampiri Bagas yang sedang duduk di meja pojok yang di atasnya ada alat pendingin.

“Kalau bukan karena gue gak mau satu kelompok sama cowok nyebelin kayak lo,” ocehnya pelan namun masih bisa di dengar oleh Bagas.

Bagas hanya tersenyum kecil saat mendengar ocehan gadis itu. Gadis ini benar-benar mirip dengan Clarissa, siapa sebenarnya gadis ini?
Pak Rizal yang melihat keduanya sudah berkelompok, kemudian ia pun langsung memulai materi.

•••

Bel istirahat berbunyi. Saat ini Clara dengan kedua temannya sudah berada di kantin dengan makanan yang mereka pesan tadi.

“Ra, gimana rasanya satu kelompok sama Bagas?” tanya Jessi yang sedang sibuk memotong baksonya.

“Biasa aja,”

Vanya menghentikan aktivitas makannya. “Kok biasa aja sih?”

“Asal lo ya, gue selalu salah di mata dia,” jawab Clara kesal saat mengingat betapa menyebalkan pria itu.

[Flashback On]

Bagas memperhatikan Clara yang sedang sibuk mendesain tugas yang di berikab oleh Pak Rizal. Pria ini merasa hasil desain yang di buat oleh Clara banyak kesalahan ia pun langsung berdiri dan mendekat ke arah Clara.

“Bukan gitu, Ra! Kalau lo buat kayak gitu hasilnya malah jadi jelek.” Bagas langsung mengambil alih mouse yang masih terpegang oleh Clara.
Jarak keduanya kini hanya beberapa sentimeter dari wajahnya.

“Kalau di lihat-lihat ini cowok ganteng juga sih,” batin Clara.
Jantung Clara berdetak dengan kencang, tidak seperti biasanya. Clara langsung menyingkirkan tangannya membuat tatapan mereka terputus.

“Modus banget lo.”

[Flashback off]

Berbeda dengan tiga pria yang berada di pojok kanan yang tak jauh dari tempat duduk Clara.

Bagas membolak-balik botol minum yang ada dihadapannya. Tiba-tiba pikirannya teralihkan oleh wajah Clara. Wajah yang selama ini ia rindukan walaupun ia tahu bahwa itu wajah tersebut bukanlah milik Clarissa.

“Woi, Gas!” ujar Devano membuyarkan lamunan pria itu.

“Gue lihatin kayaknya lo bengong terus, kenapa?” tanya Marcel saat Bagas sadar dari lamunannya.

Bagas langsung berdiri dari duduknya.

Devano menahan lengan Bagas saat melihat ingin melangkahkan kaki, “Lo mau ke mana?” tanya Devano.

“Rooftop.”

_BAGASCLARA_

28 MEI 2021

HAI, APA KABAR?
JANGAN LUPA VOTE

NEXT? SPAM YA!

SEE YOU GAES!

BAGASCLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang