Sajak Untuknya

7 0 0
                                    

Andai tahu, malam hari sunyi menyendiri, setiap angin yang kau rasakan sungguh membawa pesan yang tak terucap lewat hati nurani. Lamunanku tersentak tiba-tiba seseorang datang mendekap. Ternyata mimpi, dan setiap mimpi terjadi karena tak sempat terucap lewat harap.

Hidup memang permainan yang penuh canda, bagaimana cara kita tertawa dan bahagia melewatinya. Hidup kadang hadir memberi makna, tapi manusia lupa memberi cinta.

"Jatuh Cinta"

Dua Prosa yang bersatu membawa tanya.

Dua makna yang menjelma jadi nyata.

Dua insan yang bersatu membawa rasa.

Puan, sungguh ketika jatuh cinta hal-hal yang terjadi bisa membawa luka dan derita, sebanyak apapun derita akan buta pada tempatnya, sebanyak apapun luka akan tunduk pada kasihnya. Engkau, diriku, dan kita semua sadar bahwa jatuh cinta adalah persiapan manusia untuk mengobati luka, sesekali jangan jatuh cinta, cobalah dirikan cinta.

Hari berganti, minggu berlalu, bulan berjalan, tahun lambat laun kelam menyusun rindu yang tak kunjung padam. Tak tahu bagaimana diri mengucap kekaguman, bagaimana diri menjawab pertanyaan, bagaimana diri melerai kerinduan, bagaimana diri mewujudkan impian. Aku percaya bahwa waktu adalah jawaban dari segala permasalahan, tapi nyatanya waktu tak kunjung menyelesaikan.

Puan, memang tak mungkin mengungkap segala fakta yang terjadi lewat realita, kata-katapun tak sanggup wakilkan satu dua cinta, hanya doa dan doa yang mampu mengguncang seisi dunia, bahkan alam semesta bisa mendengar dan Tuhan jadi persaksian bahwa manusia tak semua mampu menyampaikan rasa dan hanya mampu memendam tanpa tau harus berbuat apa.

Hal yang kuingat darimu adalah mainan tua yang kau beli dari Yogyakarta dan saat ini terpajang disudut kedai, terlihat setiap malam, pengunjung lalu lalang berdatangan menyaksikan debunya dengan ketidaksengajaan, kemudian mereka bertanya

"Kenapa tak kau bersihkan debunya???"

Lalu kujawab

"Biar saja, biar saja debunya makin menggelap, agar menjadi saksi mungkin debu itu adalah rindu yang dia berikan tapi tidak dengan perantara lisan"

Lalu secarik kertas yang masih kusimpan berisi untaian harapan, simpul senyuman terlihat dari tulisannya yang penuh kepastian. Hari ulang tahunku memang tak seberapa, hanya repetisi biasa dari tahun ke tahun tanpa perubahan yang terjadi pada diriku sendiri. Secarik kertas kecil membuat kebahagiaan tak terlupakan, ucapan harapan dan doa-doa tulus tercurahkan lewat tulisannya, dan harapanku waktu itu semoga dirinya tak melupakannya sampai hari ini.

Oiya Tuhan itu maha berkehendak, pengampun, dan penyayang, tapi salahku tak terlalu akrab denganNya, mungkin ketika aku ingin senyuman dunia, baru aku mau berdoa dan mendekat kepadanya. Sial aku durhaka... Walau aku sadar bahwa diriku adalah jelmaan Tuhan yang bisa mengampuni dan menyayangi tanpa "Maha", tapi salahku menahan diri dan memendam senyuman pribadi, lalu tersadar bahwa kenyataan memang kejam, kelam, temaram.

_Next_

Hantu Hantu HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang